Rupiah Bangkit! Dari Paling Buncit Jadi Peringkat 4 Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 April 2020 17:00
Faktor Cuaca Bisa Redam Penyebaran COVID-19, Konsumen RI Masih Optimistis
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ada kabar bagus dari dalam negeri, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah merampungkan penelitian terkait dengan pengaruh cuaca dan iklim dalam penyebaran COVID-19

Penelitian ini melibatkan 11 Doktor di Bidang Meteorologi, Klimatologi dan Matematika, serta didukung oleh Guru Besar dan Doktor di bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kajian itu berdasarkan analisis statistik, pemodelan matematis dan studi literatur tentang Pengaruh Cuaca dan Iklim dalam Penyebaran COVID-19.

Hasilnya Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah (1 - 9 °C), dengan kelembapan 60-90%. Sementara Indonesia yang juga terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27- 30 derajat celcius. Adapun kelembapan udara berkisar antara 70 - 95%, dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk penyebaran COVID-19.

Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa kasus gelombang ke-2 Covid-19 telah menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020 yang lalu. Hal tersebut diduga akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca dalam penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia.

"Meningkatnya kasus pada gelombang ke dua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya, Minggu (5/4/2020).

Laporan Tim BMKG-UGM merekomendasikan berdasarkan fakta dan kajian terhadap beberapa penelitian sebelumnya, bahwa apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial ini benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat, maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam memitigasi atau mengurangi risiko penyebaran wabah tersebut.

Hal ini tentunya menjadi kabar bagus, artinya ada harapan penyebaran COVID-19 di Indonesia tidak akan separah Eropa atau Amerika Serikat.

Sementara itu BI hari ini melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret 2020 sebesar 113,8, turun dari bulan sebelumnya 117,7. Konsumen masih pede, karena nilai indeks di atas 100.

Dengan perekonomian global yang dibuat merosot hingga ke jurang resesi oleh COVID-19, sikap optimistis konsumen meski menurun, bisa menjadi kabar bagus.

IKK adalah salah satu indikator permulaan (leading indicator) untuk meneropong arah perekonomian ke depan. Ketika konsumen masih yakin dan berniat untuk meningkatkan konsumsi, maka prospek ekonomi akan cerah. Sebaliknya jika konsumen pesimistis maka prospek pertumbuhan ekonomi juga mendung, karena konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Angka IKK di bulan Maret 2020 adalah yang terendah sejak September 2016, meski demikian setidaknya masih ada optimisme di benak konsumen, sehingga ada harapan belanja konsumen masih bisa meredam kemerosotan perekonomian Indonesia akibat COVID-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular