Harga Sudah Murah, Peluang Rebound Saham BNI Sangat Besar

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
06 April 2020 11:55
Harga Sudah Murah, Peluang Rebound Saham BNI Sangat Besar
Foto: CNBC Indonesia/Donald Banjarnahor
Jakarta, CNBC Indonesia- Perang dagang yang mewarnai 2019 ditambah dengan merebaknya pandemi COVID-19 atau virus corona di awal 2020 menimbulkan ketidakpastian perekonomian dunia. Peristiwa-peristiwa ini juga mempengaruhi kinerja industri perbankan, dan membuat harga sahamnya berguguran.

Meski demikian, ini juga menjadi saat yang tepat bagi investor untuk mengoleksi saham perbankan. Pasalnya, biarpun saat ini harga tengah tertekan tapi masih tumbuh menjanjikan terutama setelah badai COVID-19 berakhir.

Salah satu saham bank yang bisa dilirik karena valuasinya yang murah yakni saham bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Pada perdagangan hari ini, Jumat (03/04/2020) saham BBNI berhasil menarik perhatian investor asing dengan nilai pembelian Rp 175,2 miliar. Sementara investor domestik juga mencatat pembelian senilai Rp 141,3 miliar.

Saham BBNI pun ditutup menguat 4,16% menjadi Rp 4.010/saham, dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 3.850/saham.


Bisa dibilang saham BBNI masih tetap menarik meski harga sahamnya masih tertekan. Justru dengan valuasinya yang rendah atau Price to Book Value 0,6 kali , investor mendapatkan harga "diskon" untuk pembelian saham BNI.

PBV adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue) sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi murah alias undervalue.

Analis Buana Capital Suria Dharma mengatakan saham Bank BNI valuasinya sudah sangat murah, meski ada potensi tekanan dari kebijakan relaksasi kredit bagi UMKM. Kebijakan relaksasi ini dikeluarkan untuk mengurangi dampak ekonomi bagi UMKM akibat pandemi COVID-19.

"Yang punya portofolio di sektor UMKM pasti akan terpengaruh negatif, tapi kalau BNI saya hitung-hitung portofolionya di UMKM hanya 27%," kata Suria, Jumat (03/04/2020).

Meski kebijakan ini bisa membuat pendapatan emiten bank, termasuk BNI berkurang dia memproyeksikan tidak ada downgrade NPL sebagai imbas relaksasi ini. Menurut Suria, sebenarnya tahun lalu memiliki likuiditas yang bagus, Loan to Deposit Ratio (LDR) 91,5% masih bagus dibandingkan bank lain.

Dengan begitu BNI masih memiliki ruang gerak untuk meningkatkan portofolio kreditnya. "Pertumbuhan kreditnya tinggi di awal tahun, tapi memang pertumbuhannya kemarin tidak disertai pertumbuhan laba bersih yang kuat, karena memang sekarang melihat bank bukan hanya dari sisi pertumbuhan kreditnya saja," katanya.

Suria pun menilai saham BBNI menarik bagi investor. Yang perlu diperhatikan justru kondisi market keseluruhan di tengah pandemi virus corona ini. Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), volatilitas IHSG, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya berdampak negatif bagi industri perbankan.

Sementara itu, Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens mengakui meski outlook industri perbankan dan market keseluruhan agak berat, harga saham Bank BNI sudah murah. Relaksasi kredit yang diberikan pemerintah untuk UMKM juga semakin memberatkan industri perbankan di tengah ketidakpastian ini.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan juga mengamini harga saham BBNI sudah sangat murah dan menarik untuk dikoleksi dengan PBV 0,6 kali, yang artinya saham bank pelat merah ini tengah undervalue. Akan tetapi dia menilai harga saham BNI berpeluang rebound dengan peningkatan pada IHSG.

"Potensi rebound sebenarnya tergantung faktor marketnya, tetapi kalau IHSG recovery, maka BNI juga akan ikut rebound," katanya.

Dari sisi fundamental, beratnya perbaikan juga dialami oleh semua sektor perbankan tahun ini. Hal ini lah yang menjadi pertimbangan utama investor untuk lebih berhati-hati.

"(Saham BBNI) menarik untuk PBV-nya saat ini 0,6 kali. Tapi kondisi marketnya yang menjadi pertimbangan investor untuk saat ini," kata Alfred.

Berbagai riset juga melihat ini adalah saat yang tepat untuk mengoleksi saham BBNI, karena memiliki valuasi fundamental yang bagus dan murah. Apalagi saham BBNI berpotensi menguat ke depannya terutama setelah melewati masa pandemi ini.

Jika melihat kinerja Bank BNI sepanjang 2019, laba bersih perusahaan tercatat naik 2,5% menjadi Rp 15,38 triliun dibandingkan 2018 senilai Rp 15,02 triliun. Pertumbuhan laba bersih perusahaan ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang mencapai 3,3%, dari Rp 35,45 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 36,6 triliun pada tahun 2019.


Sepanjang tahun lalu, penyaluran kredit BNI tumbuh mencapai 8,6%. Penyaluran kredit yang tumbuh nyaris mencapai dua digit tersebut diimbangi oleh marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang relatif tinggi. Pada tahun lalu, NIM dari BNI berada di level 4,9%.

Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular