Round Up

Sepekan Emas Terombang-Ambing, Diramal Bakal US$ 1.700/Oz

Haryanto, CNBC Indonesia
04 April 2020 12:22
Sepekan Emas Terombang-Ambing, Diramal Bakal US$ 1.700/Oz
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan selama sepekan harga emas spot dunia mengalami sedikit koreksi sebesar 0,06% dari US$ 1.617,50 per troy ons(OZ) pada penutupan akhir pekan lalu menjadi US$ 1.616,45/Oz pada penutupan perdagangan dini hari tadi.

Koreksi harga emas spot dunia seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah makin merebaknya wabah virus corona (COVID-19).

Harga emas dunia memang bergerak bak roller coaster di tengah volatilitas yang tinggi akibat meluasnya penyebaran pandemi virus corona, sehingga sejumlah stimulus pemerintah dan bank sentral dunia pun digelontorkan guna memerangi pandemi.

 

 

Tingginya volatilitas harga emas memberikan gambaran mengenai keresahan investor terhadap melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dunia bahkan bisa menuju ke jurang resesi. Risiko resesi ekonomi global yang semakin terlihat membuat investor kembali 'primitif' dengan memegang uang tunai (cash).

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Ketika dolar AS menguat maka harga emas menjadi lebih mahal bagi mata uang negara lainnya dan lagi-lagi menekan harga emas dunia.

Sentimen penekan harga emas dunia juga muncul dari rilis data pada hari Selasa (31/3/2020) yang menunjukkan bahwa PMI Manufaktur China untuk bulan Maret berada di 52,0, menunjukkan ekspansi dan menentang ekspektasi kontraksi. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan angka itu akan berada pada 45. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, begitu pula sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

 

[Gambas:Video CNBC]

Merespons data tersebut investor pun mulai memasuki aset berisiko kembali (risk appetite). Pada hari yang sama ketika data PMI di rilis, bursa saham Asia terapresiasi,
dengan S&P/ASX 200 naik 2,79%, Kospi juga naik 1,61%, Indeks Hang Seng naik 1,72%. Sementara Nikkei 225 Jepang mengalami kenaikan lebih banyak dan menambahkan 0,74%.

Kendati demikian, koreksi tipis dalam sepekan terakhir ini tidak menjadi patokan bahwa harga emas akan jatuh lebih dalam lagi ke bawah level psikologis di US$ 1.600 per troy ons. 

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (3/4/2020), harga emas spot dunia naik tipis sebesar 0,25% menjadi US$ 1.616,45 per troy ons setelah laporan data Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat bulan Maret yang buruk.

Data Non-Farm Payroll (NFP) adalah sebuah data berisikan perubahan jumlah tenaga kerja Amerika Serikat di semua sektor dengan pengecualian pegawai pemerintah, pegawai rumah tangga, pegawai yang bekerja pada organisasi LSM (non-profit/nirlaba) dan karyawan sektor pertanian.

Pengusaha yang biasanya merekrut pekerja baru, kali ini justru melepaskan 701.000 pekerja, yang menandakan awal dari jatuhnya pasar tenaga kerja yang dapat mendorong tingkat pengangguran AS ke rekor tertinggi.

Tingkat pengangguran untuk bulan Maret naik menjadi 4,4% dari 3,5% di bulan Februari. Data belum sepenuhnya mencerminkan jutaan klaim pengangguran yang diajukan individu dalam dua minggu terakhir pada bulan Maret karena pandemi virus corona.Ini merupakan laporan pekerjaan terburuk sejak 2009.

Sementara itu pada hari Kamis, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mengatakan klaim pengangguran melonjak mencapai rekor 6,6 juta per 27 Maret.

Dalam berita ekonomi lainnya, yang memberikan sentimen positif pasar adalah proyeksi dari Asian Development Bank (ADB) pada hari Jumat (3/4/2020) yang memperingatkan bahwa pandemi virus corona dapat mengurangi separuh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di negara berkembang Asia.

Sentimen positif inilah yang memberikan proyeksi bahwa harga masih akan tertap bertahan di atas level US$ 1.600 per troy ons.

Sementara BNP Paribas memproyeksikan bahwa waktu yang terbaik untuk harga emas adalah di kuartal kedua (Q2) tepatnya antara April-Juni 2020. Emas akan melihat kuartal 2020 terbaiknya di musim semi ini, tetapi harga akan mencapai puncaknya di bawah US$ 1.700 per ons, menurut BNP Paribas. Dikutip dari Kitco.com

BNP Paribas juga memperkirakan harga emas rata-rata pada Q2 di level US$ 1.675, kemudian US$ 1.610 di Q3 dan kemudian turun lebih jauh ke US$ 1.550 di Q4. Dan pada tahun 2021, BNP Paribas memproyeksikan rata-rata harga emas hanya US$ 1.500 per troy ons.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular