Ekonomi Berat BUMN Mulai Restrukturisasi Utang, Siapa Saja?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
03 April 2020 17:59
Saat ini sedang dilakukan proses negosiasi dengan para kreditur.
Foto: Rapat kerja dengan Menteri BUMN Erick Thohir bersama Komisi VI DPR RI (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyampaikan sudah melakukan pemetaan utang-utang perusahaan pelat merah yang terkena dampak lesunya ekonomi karena penyebaran virus corona (covid-19). Saat ini sedang dilakukan proses negosiasi dengan para kreditur.

"Utang (BUMN) ini kita sudah mapping yang jatuh tempo saat ini dan mana utang yang bisa direstrukturisasi. Kita semua dalam proses negosiasi. Tapi kalau untuk perusahaan terbuka (Tbk) yang terberat ya Garuda (PT Garuda Indonesia Tbk/GIAA), karena sudah utang jatuh tempo tapi secara industri kolaps," kata Erick saat rapat virtual dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (3/4/2020).


Sementara BUMN lainnya, jelas Erick, bisa dilakukan restrukturisasi dan diperpanjang tenor pembayaran.

Demikian pula dengan BUMN Karya yang punya utang besar karena mengerjakan sejumlah proyek infrastruktur yang menjadi program pemerintah.

"(BUMN) Karya sudah kita diskusikan dengan Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani) supaya karya dipindah utangnya dari Himbara (himpunan bank-bank milik negara) ke struktur jangka panjang. Dan Menkeu sambut biar infrastruktur berjalan baik," jelas Erick.

Sebelumnya, Erick juga mengatakan dampaknya juga terasa di BUMN karya. "BUMN karya itu proyeknya jangka panjang dibiayai Himbara jangka pendek. Kemungkinan kita akan coba utang jangka pendek dijadikan jangka panjang," kata Erick.

Erick juga mengungkapkan beberapa BUMN yang terkena imbas ialah bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himbara (Himpunan Bank Milik Negara). Anggota Himbara yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

"Soal covid-19, kami lagi petakan siapa saja [BUMN] yang kena dampak. Ada peningkatan NPL (rasio kredit bermasalah) pada Himbara," kata Erick dalam konferensi video, saat rapat Kementerian BUMN dengan Komisi IV, Jumat (3/4/2020).

Selain potensi naiknya kredit bermasalah atau NPL (non performing loan) bank-bank pelat merah tersebut, Erick juga menyinggung soal dampak arus kas ke BUMN lain yakni PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

"Cash flow Pertamina dan PLN akan terganggu karena kurs rupiah [melemah terhadap dolar AS]," kata Erick.

Dia menegaskan, PLN memiliki surat utang sebesar Rp 350 triliun yang sebagian besar berdenominasi dolar AS sehingga depresiasi rupiah atas dolar membuat arus kas BUMN 'setrum' itu bisa terdampak.

"Pertamina juga impor [minyak] dolar, jual dalam rupiah. Kita rapat direksi Pertamina untuk memastikan cash flow mereka lancar dan tidak terganggu."

Setelah Pertamina dan PLN, berikutnya yakni BUMN di sektor pariwisata yakni PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan PT Pelni (Persero), serta dua BUMN yang menangani operasional bandara di Indonesia, PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP I dan II. "Yang pasti sektor pariwisata AP, ASDP, Pelni bisa minus [kinerjanya]," tegas Erick.
(hps/hps) Next Article Erick Thohir: 90% BUMN Belum Bisa Mandiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular