Rupiah Mulai Stabil 2 Hari Ini, Pertanda Bakal Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 April 2020 13:56
Rupiah Mulai Stabil 2 Hari Ini, Pertanda Bakal Menguat?
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (3/4/2020), meski masih tipis-tipis saja. Namun melihat perdagangan dua hari terakhir, ada sinyal gerak mata uang Tanah Air muai stabil.

Di pembukaan perdagangan hari ini, rupiah langsung menguat 0,18% di Rp 16.440/US$. Namun penguatan tersebut kemudian terpangkas menjadi 0,09% di Rp 16.550/US$ pada pukul 13:00 WIB.

Meski tipis, setidaknya rupiah mulai menunjukkan tanda-tanda stabil dalam dua hari terakhir, dibandingkan pekan-pekan sebelumnya di mana rupiah bergerak dengan volatilitas tinggi ketika ambles lebih dari 4%. Pelaku pasar sepertinya mulai optimistis terhadap kemampuan pemerintah memerangi pandemi virus corona (COVID-10).

Pandemi yang berasal dari kota Wuhan (China) ini kini telah menjangkiti lebih dari 1 juta orang di 181 negara/wilayah. AS kini mencapai episentrum penyebaran dengan jumlah kasus nyaris 250.000 orang. Sementara di Indonesia, hingga Kkemarin jumlah kasus sebanyak 1.790, dengan 170 meninggal dunia, dan 112 dinyatakan sembuh.


Meski jumlah kasus di Indonesia sangat jauh di bawah AS tetapi dampaknya ke sektor finansial dan riil sangat besar. Dari sektor finansial, aksi jual terjadi di pasar saham dan obligasi. Sementara dari sektor riil, pariwisata RI jeblok tajam, dan sektor manufaktur mengalami kontraksi hingga ke level terendah sepanjang sejarah pencatatan yang dimulai pada April 2011.

Guna memerangi pandemi COVID-19, Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan stimulus moneter dengan menurunkan suku bunga dan beberapa kebijakan lainnya guna menyediakan likuiditas di pasar. Sementara pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal dengan nilai ratusan triliun rupiah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa mengumumkan stimulus senilai Rp 405,1 triliun yang akan digunakan untuk dana kesehatan Rp 75 triliun, jaring pengaman sosial Rp 110 triliun, insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat Rp 70,1 triliun, dan Rp 150 triliun yang dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Ketanggapan pemerintah terlihat dalam rencana penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undan-undang No 1/2020. Di dalamnya ada mandat kepada pemerintah dan BI untuk melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan, bahkan di luar rambu aturan perundang-undangan. Misalnya pemerintah diperkenankan memperlebar defisit anggaran di atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Atau BI dipersilakan masuk ke lelang Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.

Moody's Investors Service menilai kebijakan pemerintah menaikkan defisit APBN terhadap PDB menjadi 5,07% dapat mempertahankan kepercayaan investor terhadap pemerintah. Semenjak pengumuman stimulus fiskal tersebut, pergerakan rupiah memang menjadi lebih stabil. Ketika investor semakin yakin akan kemampuan pemerintah mengatasi pandemi COVID-19, maka aliran modal perlahan kembali masuk ke Indonesia yang dapat menopang kinerja rupiah.


Memang di tengah pandemi COVID-19, pelaku pasar dikatakan akan memilih mata uang dimana negaranya bertindak cepat guna meredam COVID-19.

"Kemerosotan ekonomi terjadi di mana-mana saat ini, jadi sejauh itu, kita akan melihat perdagangan berdasarkan perbedaan penanganan virus corona ketimbang perbedaan imbalan," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxuCorp.

"Investor saat ini membeli mata uang negara yang mampu mengatasi virus corona lebih cepat dengan berbagai langkah yang diambil untuk menghentikan penyebarannya" tambah Innes.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sebenarnya berpeluang menguat melihat indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.

Posisi overbought dalam waktu lama artinya dolar AS terus menguat tersebut mengkonfirmasi pernyataan BI yang menyebut nilai tukar rupiah masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, perdagangan rupiah melawan dolar AS disimbolkan USD/IDR yang berarti dolar AS sudah jenuh beli sehingga berpeluang melemah.

Beberapa pola candle stick sebenarnya bisa mendukung penguatan rupiah. Pada perdagangan Selasa (24/3/2020), rupiah kembali membentuk pola Black Marubozu.

Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrument akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.

Rupiah Mulai Stabil 2 Hari Terakhir, Sinyal Akan Menguat? Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: Refinitiv

Kemudian pada Jumat (27/3/2020) lalu rupiah juga membentuk pola Gravestone Doji, di mana harga pembukaan sama dengan harga penutupan perdagangan, dengan ekor yang panjang di atas. Pola yang sama juga terbentuk Selasa (31/3/2020). Pola ini kerap kali dijadikan sinyal jika harga suatu instrumen akan berbalik turun, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun atau rupiah menguat melawan dolar AS.

Kemudian terakhir, Kamis (2/4/2020) kemarin terbentuk pola shooting star, yang juga menjadi sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat. Pola ini sebelumnya juga sudah muncul pada 20 Maret lalu, tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat.

Rupiah sejak Selasa lalu bergerak di atas Rp 16.200/US$, yang bisa menjadi kunci pergerakan rupiah secara teknikal. Dalam jangka pendek, potensi penguatan rupiah masih ke level tersebut.

Peluang penguatan rupiah baru akan terbuka lebih lebar jika mampu menembus ke bawah Rp 16.200/US$ dengan meyakinkan. Target penguatan ke Rp 16.000 sampai Rp 15.900/US$.

Namun, selama tertahan di atas Rp 16.200/US$, pelemahan rupiah berpotensi berlanjut, menuju Rp Rp16.500 sampai Rp 16.620/US$. Ke depannya jika dua level tersebut dilewati, rupiah berisiko mencapai level terlemah sepanjang sejarah Rp 16.800/US$, bahkan sampai Rp 17.000/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular