Rupiah Memang Sedang Perkasa, Tapi Jangan Terlena!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 April 2020 10:16
Rupiah Memang Sedang Perkasa, Tapi Jangan Terlena!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga menghijau di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (3/4/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 16.464. Rupiah menguat tajam 1,66% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Kemarin, Jisdor menyentuh titik terlemah sepanjang sejarah di Rp 16.741. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 20,48% di kurs tengah BI.




Sementara di pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.440 di mana rupiah menguat 0,18%.

Mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di perdagangan pasar spot. Sejauh ini hanya yuan China, yen Jepang, dan dolar Taiwan yang masih berada di jalur merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:09 WIB:





Akan tetapi, investor tetap harus waspada karena bisa jadi penguatan rupiah dan mata uang Asia saat ini hanya technical rebound belaka. Sebab pada akhirnya, dolar AS tetap akan menjadi favorit investor kala situasi sedang penuh ketidakpastian akibat pandemi virus corona.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:52 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 1.015.403 orang. Sebanyak 210.579 orang dinyatakan sembuh sementara 53.030 orang tutup usia.

"Dalam lima pekan terakhir, pertumbuhan jumlah kasus baru dan korban jiwa bergerak mendekati deret eksponensial, Dalam beberapa hari ke depan, sepertinya kita akan melihat jumlah kasus menembus 1 juta dan kematian 500.000 di seluruh dunia," ungkap Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, seperti diwartakan Reuters.


Ke depan, bukan tidak mungkin penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini terus meluas. Beberapa negara sudah khawatir virus corona bakal kian menggila.

"Ini adalah minggu yang kritis dalam upaya kita memerangi virus corona," kata Wakil Perdana Menteri Kanada Chrystia Freeland, seperti diberitakan Reuters. Jumlah kasus corona di Negeri Daun Maple naik dari 9.017 menjadi 11.131 sementara korban jiwa bertambah dari 105 menjadi 161.

Oleh karena itu, sepertinya anjuran (bahkan larangan) untuk keluar rumah bakal semakin lama. Sebab penularan virus corona memang meningkat akibat kontak dan interaksi antar-manusia.

Dengan begitu, produktivitas penduduk dunia bakal merosot. Artinya, pertumbuhan ekonomi global kemungkinan besar bakal negatif tahun ini.

Dalam situasi seperti ini, tidak ada investor yang berani mengambil risiko. Semuanya ingin bermain aman, bahkan sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king.


Survei Reuters yang melibatkan 63 analis dari berbagai institusi di seluruh dunia menyebutkan 45% responden memperkirakan dolar AS masih akan menjadi favorit pelaku pasar. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) sepertinya akan bertahan di level tinggi seperti sekarang.



"Kami menandang dolar AS sebagai safe haven. Dolar AS adalah mata uang global dan aset yang sangat lukuid," kata James Orlando, Ekonom Senior di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Jadi, ke depan sepertinya dolar AS masih akan perkasa. Keperkasaan dolar AS akan memakan 'tumbal' mata uang lainnya, termasuk rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular