
Sempat Tenggelam, Cash is King Balik Lagi
Haryanto, CNBC Indonesia
02 April 2020 15:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepercayaan investor terhadap aset-aset keuangan kembali jatuh. Risiko resesi ekonomi global yang semakin terlihat membuat investor kembali 'primitif' dengan memegang uang tunai.
Hari ini, berbagai aset di pasar keuangan ambruk. Dini hari tadi waktu Indonesia bursa saham New York melemah tajam di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 4,44%, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama anjlok 4,41%.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik tipis 0,03 basis poin. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena maraknya aksi jual.
Kalau pasar saham, obligasi, dan komoditas melemah, ke mana uang-uang investor mengarah?
Mungkin jawabannya adalah dolar AS. Pada pukul 15:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Ketidakpastian menyelimuti perekonomian dunia karena penyebaran virus corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pukul 14:02 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 937.783 orang di mana 47.261 orang meninggal dunia. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sudah menyebar ke lebih dari 200 negara.
Pandemi virus corona adalah sebuah bencana, krisis kesehatan dan kemanusiaan. Namun jika tidak bisa diredam, sangat mungkin menciptakan krisis ekonomi.
Sebab semakin banyak negara yang menutup diri. Mengunci perbatasan, meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah. Ini dilakukan untuk meredam risiko penyebaran virus, karena virus corona menular dari kontak dan interaksi antar-manusia.
Bahkan sejumlah negara seperti India dan Filipina menerapkan kebijakan yang lebih ekstrem yaitu karantina wilayah (lockdown) total. Warga betul-betul dilarang keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak, dan layanan transportasi publik dihentikan.
Kebijakan seperti ini bertujuan untuk mencegah penambahan jumlah kasus yang signifikan. Namun harga yang harus dibayar cukup mahal, yaitu roda ekonomi berjalan lambat bahkan mungkin berhenti sama sekali.
Dihantui risiko resesi yang semakin nyata dari hari ke hari, investor memilih undur diri. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.
Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.
Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, aset-aset di pasar keuangan melemah karena kurang peminat.
Padahal pekan lalu idiom cash is king sempat pudar, seiring membaiknya sentimen pasar karena paket stimulus fiskal di berbagai negara, terutama di AS yang bernilai sekitar US$ 2 triliun. Namun dengan penyebaran virus corona yang semakin cepat dan luas, 'obat kuat' stimulus fiskal tidak bertahan lama menjaga mood pelaku pasar.
Semua akan ke dolar AS pada waktunya...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Tarik Dana dari Saham, Perry: Cash Is The King
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular