Biang Kerok Rupiah Terus Melemah: Cash is The King!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
19 October 2023 17:55
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan penyebab rupiah terus melemah beberapa hari terakhir. Menurutnya, kondisi ini tidak terlepas dari kecenderungan perilaku pasar keuangan ataupun investor yang lebih memilih memegang uang kertas dolar alias fenomena cash is the king.

Kecenderungan itu dipicu oleh terus bertahan tingginya suku bunga kebijakan bank sentral negara-negara maju, khususnya bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed. Diiringi dengan ikut naiknya suku bunga imbal hasil surat berharga negara tenor jangka panjang pemerintah AS, tidak hanya US Treasury tenor 10 tahun, melainkan 20-30 tahun.

"Sehingga aliran modal itu yang dari negara emerging yang tempo hari mulai stabil, bahkan sudah masuk ke Indonesia dan negara negara emerging market itu kembali cash is the king, banyak kemudian pindah ke negara maju dan juga memperkuat dolar AS," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Kondisi inilah yang membuat BI harus menaikkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate pada rapat dewan gubernur yang digelar pada 18-19 Oktober 2023. BI kata Perry harus menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengantisipasi kenaikan harga barang-barang impor.

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation," tutur Perry.

"Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada 2024," tegasnya.

Sebagai informasi, pelemahan rupiah sempat terpangkas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunganya.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah secara cepat merespon hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dengan berada di angka Rp15.820/US$, bahkan sempat kembali ke level psikologis Rp15.800/US$.

Respons tersebut terjadi di tengah pelemahan rupiah pada hari ini (19/20/2023) yang sempat menyentuh titik terlemahnya yakni Rp15.853/US$.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah ditutup di angka Rp15.810/US$ atau melemah 0,54% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (18/10/2023) yang juga terdepresiasi 0,10%. Alhasil, rupiah telah melemah dua hari beruntun.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.56 WIB justru hanya menguat tipis sebesar 0,02% menjadi 106,58%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (18/10/2023) yang berada di angka 106,56.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular