
Arab-Rusia Mau Damai, Rupiah Ikut Senang...

Nah, risiko yang nomor dua itu yang sebenarnya lebih seram. Mengutip data satelt pemetaan ArcGis per pukul 07:42 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia sudah di atas 1 juta orang, tepatnya 1.014.673. Korban meninggal juga terus bertambah menjadi 52.973 orang (tingkat kematian/mortality rate 5,22%).
Apabila serangan virus corona tidak kunjung reda, bahkan semakin menggila, maka semakin lama masyarakat tidak bisa beraktivitas dengan normal. Selama corona masih merebak, pemerintah tentu menganjurkan (bahkan memerintahkan) warga untuk tinggal di rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah
Ini membuat pabrik dan kantor banyak yang tidak beroperasi, walau beroperasi tidak dalam kapasitas penuh. Hotel dan restoran sepi. Tempat wisata dan pusat perbelanjaan minim pengunjung, atau bahkan ada yang ditutup.
Akibatnya, roda perekonomian akan berjalan sangat lambat. Resesi ekonomi global, bukan lagi perlambatan, sepertinya adalah sebuah keniscayaan.
Berikut adalah sejumlah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dari beberapa institusi, seperti dikutip dari Reuters:
Negara (%YoY) | J.P. Morgan | Goldman Sachs | Nomura | Morgan Stanley | UBS | Deutsche Bank |
Global | - | -1.8 | -4 | 0.3 | -0.73 | - |
China | -4 | 3 | 1.5 | 4 | 1.5 | -1.4 |
AS | -3.3 | -6.2 | -5.9 | -3 | -1 | -4.2 |
Zona Euro | -4.4 | -9 | -5.2 | -5 | -4.5 | -6.9 |
Jepang | - | -3.1 | -3.3 | - | -5 | -3.9 |
Reuters
Jadi sebelum pandemi virus corona hilang, risiko terhadap perekonomian global akan terus ada. Sentimen di pasar bisa memburuk kapan saja, sehingga rupiah pun sangat rentan kembali ke zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
