
BI Sebut Rupiah Bakal ke Rp 15.000/US$, Secara Teknikal Bisa!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 April 2020 08:54

Pergerakan rupiah (USD/IDR) lebih stabil dalam beberapa hari terakhir, dibandingkan dua pekan lalu ketika volatilitas sedang tinggi-tingginya yang membuat rupiah ambles. Pergerakan yang lebih smooth menjadi kabar bagus, pasar tidak lagi dalam kondisi bergolak.
Secara teknikal, rupiah sebenarnya berpeluang menguat melihat indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, perdagangan rupiah melawan dolar AS disimbolkan USD/IDR yang berarti dolar AS sudah jenuh beli sehingga berpeluang melemah.
Begitu perdagangan Selasa dibuka, rupiah langsung menguat 0,31% ke level Rp 16.500/US$. Setelahnya penguatan rupiah semakin menebal hingga 0,6% ke Rp 16.450/US$ di akhir perdagangan.
Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemah intraday, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.
![]() Sumber: Refinitiv |
Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrument akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.
Kemudian pada Jumat (27/3/2020) lalu rupiah juga membentuk pola Gravestone Doji, di mana harga pembukaan sama dengan harga penutupan perdagangan, dengan ekor yang panjang di atas. Pola yang sama juga terbentuk Selasa (31/3/2020).
Pola ini kerap kali dijadikan sinyal jika harga suatu instrumen akan berbalik turun, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun atau rupiah menguat melawan dolar AS.
Kemudian terakhir, Kamis (2/4/2020) kemarin terbentuk pola shooting star, yang juga menjadi sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat. Pola yang sama juga sebenarnya muncul pada 20 Maret lalu.
Tetapi sayangnya pandemi COVID-19 terus mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah sulit menguat. Faktor fundamental memang akan lebih mempengaruhi pergerakan rupiah selama pandemi COVID-19 belum bisa dihentikan.
Rupiah sejak hari Selasa lalu bergerak di atas Rp 16.200/US$, yang bisa menjadi kunci pergerakan rupiah secara teknikal. Selama tertahan di atas level tersebut, pelemahan rupiah berpotensi berlanjut, menuju Rp Rp16.500 sampai Rp 16.620/US$.
Ke depannya jika dua level tersebut mulus dilewati, rupiah berisiko mencapai level terlemah sepanjang sejarah Rp 16.800/US$, bahkan sampai Rp 17.000/US$.
Peluang penguatan rupiah baru akan terbuka lebih lebar jika mampu menembus ke bawah Rp 16.200/US$ dengan meyakinkan. Target penguatan ke Rp 16.000 sampai Rp 15.900/US$.
Apresiasi rupiah berpotensi semakin terakselerasi jika mampu menembus Rp 15.900/US$, dengan target ke Rp 15.300/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular