Rupiah Cetak Rekor Terlemah Lagi Lawan Yen, di Rp 154,35/JPY

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 April 2020 17:21
Setelah mengguncang sektor finansial dalam negeri, pandemi COVID-19 akhirnya menunjukkan dampak buruknya di sektor riil.
Foto: Mata Uang Yen Jepang (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan yen Jepang pada perdagangan Kamis (2/4/2020), dan kembali mencetak rekor terlemah sepanjang sejarah. Pandemi virus corona yang sudah menunjukkan dampak ke sektor riil menambah tekanan bagi rupiah

Rupiah melemah 0,64% ke Rp 154,35/JPY yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah, melewati rekor sebelumnya Rp 153,75/JPY yang disentuh kemarin.

Di akhir perdagangan, posisi rupiah sedikit membaik, di Rp 153,49/JPY atau melemah tipis 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Setelah mengguncang sektor finansial dalam negeri, pandemi COVID-19 akhirnya menunjukkan dampak buruknya di sektor riil.

Rabu kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) Rabu kemarin melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 885.067 di bulan Februari. Anjlok 30,42% dibandingkan bulan sebelumnya dan 28,85% dibandingkan periode yang sama pada 2019.

COVID-19 juga sudah menggerogoti sektor manufaktur RI, yang aktivitasnya mengalami kontraksi di bulan Maret.



Aktivitas industri dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, yang menggambarkan pembelian bahan baku/penolong dan barang modal yang akan digunakan untuk proses produksi pada masa mendatang. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal, di atas 50 berarti industri sedang ekspansif sementara di bawah 50 artinya kontraktif alias mengkerut.

IHS Markit melaporkan PMI Indonesia Maret 2020 adalah 45,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.

Itu artinya sektor manufaktur RI sudah mulai menurunkan hingga menghentikan produksinya.

Kondisi seperti ini masih akan berlangsung setidaknya dua bulan ke depan mengingat puncak pandemi COVID-19 di Indonesia diperkirakan pada April dan Mei, rupiah pun semakin tertekan.

Di sisi lain, yen merupakan mata uang yang dianggap aset aman (safe haven), sehingga ketika terjadi gejolak di pasar finansial global mata uang Negeri Matahari Terbit ini akan laris manis diburu pelaku pasar.


Yen dianggap sebagai salah satu aset safe haven karena status Jepang memiliki surplus current account yang besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.

Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.

Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular