
Reli 3 Hari Beruntun, Rupiah Masih Terkeok di Asia Pekan Ini
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 March 2020 12:15

Sentimen positif lain yang membuat nilai tukar rupiah menguat sejak Selasa adalah perkembangan stimulus fiskal jumbo AS senilai US$ 2 triliun. .
Pada Rabu malam (23/3/2020) waktu setempat, Senat AS mengadakan voting untuk menentukan lolos atau tidaknya RUU paket stimulus ekonomi sebesar US$ 2 triliun tersebut. Senat akhirnya menyetujui secara bulat (96 vs 0) RUU tersebut setelah berhari-hari berdiskusi dengan alot.
“Ini merupakan momen yang membanggakan bagi Senat Amerika Serikat dan negara ini. Kami yakin akan memenangkan pertempuran ini dalam waktu dekat” kata Senat Mitch McConnell kepada wartawan usai pemungutan suara melansir CNBC International.
Draf RUU setebal 880 halaman tersebut mencakup bantuan langsung tunai untuk perorangan, asuransi bagi pengangguran, pinjaman dan hibah untuk bisnis serta peningkatan sumber daya kesehatan untuk rumah sakit, negara bagian dan kota.
Kabarnya pada Jumat pagi DPR AS meloloskan RUU tersebut dan semalam RUU tersebut sudah ditandatangani oleh Presiden AS ke-45 Donald Trump.
"Saya menandatangani satu paket bantuan ekonomi terbesar dalam sejarah Amerika," kata Trump di Kantor Oval ketika penasihat ekonomi utamanya dan para pemimpin kongres Republik berdiri di belakangnya. "Ini akan memberikan pertolongan yang sangat dibutuhkan bagi keluarga, pekerja, dan bisnis bangsa kita, itulah intinya." tambahnya melansir CNBC International.
Hal ini cukup membuat risk appetite investor kembali. Saham-saham dan surat utang di negara berkembang kembali di buru. Di tanah air sendiri, pekan ini indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan 8,4% secara week on week (wow). Asing mencatatkan net buy pada pekan ini sebesar Rp 288,7 miliar.
Tak hanya saham saja yang diburu, surat utang pemerintah RI juga mengalami kenaikan harga. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah RI bertenor 10 tahun.
Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun tajam, sebesar 36,8 basis poin (bps) menjadi 7,907% pada hari perdagangan terakhir, Jumat (27/3/2020). Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Akibat inflow di pasar saham dan obligasi tersebut rupiah jadi perkasa sejak Selasa (24/3/2020). Namun karena rupiah belum berhasil keluar level Rp 16.000/US$ maka jika dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu, rupiah terhitung masih melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pada Rabu malam (23/3/2020) waktu setempat, Senat AS mengadakan voting untuk menentukan lolos atau tidaknya RUU paket stimulus ekonomi sebesar US$ 2 triliun tersebut. Senat akhirnya menyetujui secara bulat (96 vs 0) RUU tersebut setelah berhari-hari berdiskusi dengan alot.
“Ini merupakan momen yang membanggakan bagi Senat Amerika Serikat dan negara ini. Kami yakin akan memenangkan pertempuran ini dalam waktu dekat” kata Senat Mitch McConnell kepada wartawan usai pemungutan suara melansir CNBC International.
Kabarnya pada Jumat pagi DPR AS meloloskan RUU tersebut dan semalam RUU tersebut sudah ditandatangani oleh Presiden AS ke-45 Donald Trump.
"Saya menandatangani satu paket bantuan ekonomi terbesar dalam sejarah Amerika," kata Trump di Kantor Oval ketika penasihat ekonomi utamanya dan para pemimpin kongres Republik berdiri di belakangnya. "Ini akan memberikan pertolongan yang sangat dibutuhkan bagi keluarga, pekerja, dan bisnis bangsa kita, itulah intinya." tambahnya melansir CNBC International.
Hal ini cukup membuat risk appetite investor kembali. Saham-saham dan surat utang di negara berkembang kembali di buru. Di tanah air sendiri, pekan ini indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan 8,4% secara week on week (wow). Asing mencatatkan net buy pada pekan ini sebesar Rp 288,7 miliar.
Tak hanya saham saja yang diburu, surat utang pemerintah RI juga mengalami kenaikan harga. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah RI bertenor 10 tahun.
Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun tajam, sebesar 36,8 basis poin (bps) menjadi 7,907% pada hari perdagangan terakhir, Jumat (27/3/2020). Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Akibat inflow di pasar saham dan obligasi tersebut rupiah jadi perkasa sejak Selasa (24/3/2020). Namun karena rupiah belum berhasil keluar level Rp 16.000/US$ maka jika dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu, rupiah terhitung masih melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular