
Mantap! IHSG Langsung Meroket 5% Lebih, Saat Bursa Asia Merah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 March 2020 09:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai libur Hari Raya Nyepi kemarin (25/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan Kamis (26/3/2020), IHSG dibuka langsung menguat 1,47% ke level 3.995,52 dan terus menguat 5,5% ke level 4.157,11.
Sementara IHSG bergerak di zona hijau bursa saham bergerak variatif pagi hari ini. Pada pukul 08.45 WIB, beberapa bursa saham Asia yang bergerak di zona merah antara lain, indeks Shang Hai Composite minus 0,74, Topix melemah 2,24%, Straits Time jatuh 2,71%, KLCI turun 0,75% dan TW Weighted Index melorot 0,46%.
Sementara itu bursa saham Asia yang justru mengalami penguatan yakni indeks Hang Seng naik 0,33% dan KOSPI yang menguat 0,29%.
Pada penutupan perdagangan Rabu (25/3/2020) waktu Amerika Serikat (AS), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatatkan penguatan hingga 2,39%. Sementara S&P 500 terangkat hingga 1,5% pagi tadi.
Stimulus fiskal yang disiapkan pemerintah AS maupun kelonggaran moneter oleh The Fed untuk meredam dampak dari wabah COVID-19 terhadap perekonomian, cukup membuat kekhawatiran di pasar memang agak mereda.
Pemerintah AS saat ini dikabarkan semakin dekat dengan kata sepakat tengah memperjuangkan proposal paket stimulus sebesar US$ 2 triliun, dan kini kongres sudah semakin dekat untuk mengesahkannya.
Tak hanya dari pemerintah saja yang memperjuangkan stimulus fiskal, The Fed sebagai otoritas moneter Paman Sam juga tak mau kalah dengan menembakkan amunisinya secara jor-joran.
Senin kemarin The Fed mengumumkan akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19). The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.
Tak sampai di situ saja, The Fed ternyata juga mempersiapkan bazooka yang lain. Pada program QE kali ini, The Fed tak hanya membeli surat utang pemerintah dan efek beragun aset (EBA) properti, tetapi juga akan membeli obligasi korporasi dan Exchange Traded Fund (ETF) obligasi korporasi. Tentu obligasi korporasi yang akan dibeli The Fed adalah yang menyandang status investment grade.
The Fed mengambil langkah ini merespons penurunan harga obligasi korporasi yang tajam dalam sebulan terakhir. Langkah ini juga sempat mengejutkan para pelaku pasar.
"Ini adalah tindakan The Fed yang belum pernah terjadi sebelumny," kata Johnny Fine, kepala Investment Grade Bonds di Goldman Sachs, mengutip CNBC International.
"Wow ... ini adalah dunia yang benar-benar baru," ungkap Todd Rosenbluth, kepala ETF dan Reksa Dana Penelitian di CFRA, dalam sebuah cuitan seperti yang diwartakan CNBC International. Pada pukul 09.04 WIB, IHSG semakin melesat dengan mencatatkan kenaikan 5,14%. Walau melesat performa indeks bursa saham tanah air jauh dari kata memuaskan sejak awal tahun.
Bahkan bisa dibilang IHSG termasuk yang ‘laggard’ jika dibanding bursa saham lainnya. Sejak awal tahun IHSG sudah terkoreksi lebih dari 35% dan asing kabur dari bursa saham RI sebesar Rp 10,84 triliun. Tentu ini adalah angka yang fantastis.
Di dalam negeri, pemerintah dan bank sentral berupaya untuk memberikan stimulus untuk meredam dampak wabah COVID-19 terhadap perekonomian tanah air. Berbagai stimulus fiskal dipersiapkan mulai dari realokasi anggaran negara dan daerah untuk kesehatan hingga bantuan tunai untuk menjaga daya beli masyarakat.
Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral pun juga berupaya untuk terus meredam dampak COVID-19 terhadap perekonomian. Dalam kurun waktu tiga bulan di tahun ini saja, BI telah memangkas suku bunga acuan (BI 7-DRRR) sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,5%.
Tak sampai di situ saja, BI juga meluncurkan bauran kebijakan baru untuk memitigasi risiko virus corona COVID-19 ke sektor perbankan. Dalam bauran kebijakan ini BI berfokus untuk menjaga pasokan likuiditas valas dan rupiah bagi perbankan. Selain itu, BI juga fokus untuk mendorong transaksi non-tunai untuk memperlancar transaksi keuangan di masyarakat dengan melakukan penurunan biaya transaksi.
Namun pasar saham tanah air masih saja dibayangi dengan tekanan. Jumlah orang yang dinyatakan positif COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Kemarin jumlah kasus bertambah 104 menjadi 790 kasus.
Jumlah yang meninggal menjadi 58 orang. Kabar yang cukup baik Abdallah, tingkat mortalitas di RI yang sebelumnya sempat mencapai angka 9% kini turun menjadi 7,3%. Angka ini akan terus bergerak dinamis.
Selagi jumlah kasus di dalam negeri terus bertambah dengan signifikan dan menjadi tak terkendali, rasanya pasar saham tanah air belum akan pulih. Penguatan IHSG pada perdagangan hari ini masih berpotensi untuk terkoreksi jika intervensi di sektor kesehatan publik tak membuat virus ini segera dijinakkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Sementara IHSG bergerak di zona hijau bursa saham bergerak variatif pagi hari ini. Pada pukul 08.45 WIB, beberapa bursa saham Asia yang bergerak di zona merah antara lain, indeks Shang Hai Composite minus 0,74, Topix melemah 2,24%, Straits Time jatuh 2,71%, KLCI turun 0,75% dan TW Weighted Index melorot 0,46%.
Sementara itu bursa saham Asia yang justru mengalami penguatan yakni indeks Hang Seng naik 0,33% dan KOSPI yang menguat 0,29%.
Stimulus fiskal yang disiapkan pemerintah AS maupun kelonggaran moneter oleh The Fed untuk meredam dampak dari wabah COVID-19 terhadap perekonomian, cukup membuat kekhawatiran di pasar memang agak mereda.
Pemerintah AS saat ini dikabarkan semakin dekat dengan kata sepakat tengah memperjuangkan proposal paket stimulus sebesar US$ 2 triliun, dan kini kongres sudah semakin dekat untuk mengesahkannya.
Tak hanya dari pemerintah saja yang memperjuangkan stimulus fiskal, The Fed sebagai otoritas moneter Paman Sam juga tak mau kalah dengan menembakkan amunisinya secara jor-joran.
Senin kemarin The Fed mengumumkan akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19). The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.
Tak sampai di situ saja, The Fed ternyata juga mempersiapkan bazooka yang lain. Pada program QE kali ini, The Fed tak hanya membeli surat utang pemerintah dan efek beragun aset (EBA) properti, tetapi juga akan membeli obligasi korporasi dan Exchange Traded Fund (ETF) obligasi korporasi. Tentu obligasi korporasi yang akan dibeli The Fed adalah yang menyandang status investment grade.
The Fed mengambil langkah ini merespons penurunan harga obligasi korporasi yang tajam dalam sebulan terakhir. Langkah ini juga sempat mengejutkan para pelaku pasar.
"Ini adalah tindakan The Fed yang belum pernah terjadi sebelumny," kata Johnny Fine, kepala Investment Grade Bonds di Goldman Sachs, mengutip CNBC International.
"Wow ... ini adalah dunia yang benar-benar baru," ungkap Todd Rosenbluth, kepala ETF dan Reksa Dana Penelitian di CFRA, dalam sebuah cuitan seperti yang diwartakan CNBC International. Pada pukul 09.04 WIB, IHSG semakin melesat dengan mencatatkan kenaikan 5,14%. Walau melesat performa indeks bursa saham tanah air jauh dari kata memuaskan sejak awal tahun.
Bahkan bisa dibilang IHSG termasuk yang ‘laggard’ jika dibanding bursa saham lainnya. Sejak awal tahun IHSG sudah terkoreksi lebih dari 35% dan asing kabur dari bursa saham RI sebesar Rp 10,84 triliun. Tentu ini adalah angka yang fantastis.
Di dalam negeri, pemerintah dan bank sentral berupaya untuk memberikan stimulus untuk meredam dampak wabah COVID-19 terhadap perekonomian tanah air. Berbagai stimulus fiskal dipersiapkan mulai dari realokasi anggaran negara dan daerah untuk kesehatan hingga bantuan tunai untuk menjaga daya beli masyarakat.
Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral pun juga berupaya untuk terus meredam dampak COVID-19 terhadap perekonomian. Dalam kurun waktu tiga bulan di tahun ini saja, BI telah memangkas suku bunga acuan (BI 7-DRRR) sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,5%.
Tak sampai di situ saja, BI juga meluncurkan bauran kebijakan baru untuk memitigasi risiko virus corona COVID-19 ke sektor perbankan. Dalam bauran kebijakan ini BI berfokus untuk menjaga pasokan likuiditas valas dan rupiah bagi perbankan. Selain itu, BI juga fokus untuk mendorong transaksi non-tunai untuk memperlancar transaksi keuangan di masyarakat dengan melakukan penurunan biaya transaksi.
Namun pasar saham tanah air masih saja dibayangi dengan tekanan. Jumlah orang yang dinyatakan positif COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Kemarin jumlah kasus bertambah 104 menjadi 790 kasus.
Jumlah yang meninggal menjadi 58 orang. Kabar yang cukup baik Abdallah, tingkat mortalitas di RI yang sebelumnya sempat mencapai angka 9% kini turun menjadi 7,3%. Angka ini akan terus bergerak dinamis.
Selagi jumlah kasus di dalam negeri terus bertambah dengan signifikan dan menjadi tak terkendali, rasanya pasar saham tanah air belum akan pulih. Penguatan IHSG pada perdagangan hari ini masih berpotensi untuk terkoreksi jika intervensi di sektor kesehatan publik tak membuat virus ini segera dijinakkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Most Popular