
Dolar AS Tembus Rp 16.500, Emiten Batu Bara Tetap Tenang
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
24 March 2020 13:52

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah dan menembus level Rp 16.500/US$. Rupiah melemah lebih dari 5% dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada akhir pekan lalu.
Kondisi ini justru membuat perusahaan yang mengandalkan ekspor dan bertransaksi dalam dolar AS memetik keuntungan.
Direktur dan Sekretaris PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan karena akun dan biayanya dalam dolar AS, dampak valas ini pun positif pada komponen biaya rupiah. Meski demikian, menurutnya angkanya pun masih cukup kecil.
"Karena akunnya dalam dolar AS, begitu juga pendapatan dan biayanya terutama terjadi dalam dolar AS maka dampak valas positif pada komponen biaya rupiah meskipun cukup kecil," kata Dileep saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (23/3/2020).
BUMI juga mengaku tidak khawatir dengan keputusan pemerintah China untuk menutup permintaan dengan menutup pasar spotnya hingga 1 April 2020. Dileep emastikan penjualan kuartal I-2020 masih normal.
Emiten batu bara ini masih mencatat kenaikan penjualan batu bara 9% pada Januari-Februari 2020, atau sebesar 14,3 juta ton, dibandingkan periode yang sama 2019 sebanyak 13,1 juta ton.
"Bumi Resources tidak hanya ekspor ke China, dan kami melakukan diversifikasi pasar ekspor," katanya.
Untuk penjualan Maret diperkirakan jumlahnya hampir sama dengan Januari dan Februari 2020. Dileep mengatakan dalam merespon situasi terkini, perusahaan tetap akan melakukan peninjauan penjualan pada April 2020 akan dampak virus corona dan perubahan kebijakan.
"Setelah itu jika perlu ada ada penyesuaian, maka akan dilakukan," kata Dileep.
(dob/dob) Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023
Kondisi ini justru membuat perusahaan yang mengandalkan ekspor dan bertransaksi dalam dolar AS memetik keuntungan.
Direktur dan Sekretaris PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan karena akun dan biayanya dalam dolar AS, dampak valas ini pun positif pada komponen biaya rupiah. Meski demikian, menurutnya angkanya pun masih cukup kecil.
BUMI juga mengaku tidak khawatir dengan keputusan pemerintah China untuk menutup permintaan dengan menutup pasar spotnya hingga 1 April 2020. Dileep emastikan penjualan kuartal I-2020 masih normal.
Emiten batu bara ini masih mencatat kenaikan penjualan batu bara 9% pada Januari-Februari 2020, atau sebesar 14,3 juta ton, dibandingkan periode yang sama 2019 sebanyak 13,1 juta ton.
"Bumi Resources tidak hanya ekspor ke China, dan kami melakukan diversifikasi pasar ekspor," katanya.
Untuk penjualan Maret diperkirakan jumlahnya hampir sama dengan Januari dan Februari 2020. Dileep mengatakan dalam merespon situasi terkini, perusahaan tetap akan melakukan peninjauan penjualan pada April 2020 akan dampak virus corona dan perubahan kebijakan.
"Setelah itu jika perlu ada ada penyesuaian, maka akan dilakukan," kata Dileep.
(dob/dob) Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023
Most Popular