Dolar Dekati Rp 17.000: Pebisnis Sebut Soal Krisis, Apa Iya?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 March 2020 09:15
Rupiah beberapa hari ini dalam tekanan yang cukup berat dari dolar AS.
Foto: Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah beberapa hari ini dalam tekanan yang cukup berat dari dolar AS. Dolar sudah menyentuh Rp 16.550 pada Senin (23/3), bahkan di bank sudah ada yang menjual sampai mendekati Rp 17.000.

Untungnya hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot hari ini, tetapi masih di atas level Rp 16.000/US$. Pada Selasa (24/3/2020), US$ 1 dibanderol Rp 16.500/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.

Bagaimana kenyataannya di lapangan bagi pengusaha sektor riil?

[Gambas:Video CNBC]


Ketua Umum Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, mengatakan bila dolar sampai menyentuh Rp 17.000 tentu sulit bagi pengusaha sektor riil. Meski anggotanya ada eksportir, tapi banyak bahan baku atau bahan penolong yang berasal dari impor, saat dolar perkasa maka jadi malapetaka.

"Di lapangan semakin sulit, sudah menuju krisis," kata Benny kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/3).

Ia mengatakan bahan baku dan barang modal masih banyak yang diimpor dalam USD, sedangkan penjualan dalam negeri dengan rupiah. "Artinya harus ada penambahan modal kerja dan kalau investasi juga bertambah dalam rupiah," katanya.

Benny khawatir bila ini terus berlangsung lama maka pasti akan berpengaruh ke pinjaman bank pelaku usaha.

Apakah yang menjadi kekhawatiran Benny beralasan?

Bila dolar bisa dilewati hingga ke Rp 17.000/US$ pada saat ini, tentu akan berbeda dengan kondisi krisis 1998.


Rekor terlemah rupiah terjadi saat krisis moneter melanda Indonesia tahun 1998. Tetapi kondisi saat ini tentunya berbeda dengan sebelum era reformasi tersebut. Seandainya rupiah mencapai Rp 17.000/US$ maka pelemahan rupiah sejak awal tahun menjadi sekitar 22%. Sementara pada periode 1997-1998 pelemahan rupiah lebih dari 500%.

Perbedaannya sangat signifikan, sehingga tidak bisa dibandingkan meski nilai tukar rupiah mencetak rekor terlemah baru.

Untuk diketahui, jika melihat pergerakan intraday memang level terlemah sepanjang sejarah rupiah Rp 16.800/US$, tetapi jika melihat level penutupan perdagangan, saat ini Mata Uang Garuda sudah berada di rekor terlemah sepanjang sejarah.


(hoi/hoi) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular