
Eksportir Galau Meski Dolar Dekati Rp 17.000, Kenapa?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 March 2020 08:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah wabah corona di Indonesia memang menjadi berkah bagi pengusaha yang bergerak di bidang eksportir. Sedangkan sebaliknya importir akan dibuat makin pusing karena membeli dengan harga lebih mahal.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) Hasan Johnny Widjaja kepada CNBC Indonesia, Senin (23/3), mengatakan cukup kaget dengan kurs dolar hari ini yang mendekati Rp 17.000, pada Senin (23/3).
"Bagi eksportir kurs melemah happy, karena membayar dengan rupiah pendapatan lebih banyak," kata Johnny.
Namun, ia mengakui kebahagiaan itu tak sepenuhnya dirasakan karena, saat ini kinerja ekspor buah sedang tidak bagus di tengah wabah corona di dunia dan China. Selain itu, masih banyak komponen seperti bibit dan pestisida yang harus diimpor dari luar negeri, sehingga harganya juga ikut naik.
"Senang lah kita ekspor, tapi problem bibit dan pestisida yang naik lagi karena impor," katanya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot kemarin, Senin (23/3). Pada penutupan bursa kembali menembus di atas level Rp 16.500/US$.
Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Pada Selasa (24/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.500 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 4,09% ke Rp 16.550/US$. Rupiah berada di posisi terlemah sepanjang sejarah dilihat dari posisi penutupan pasar. Kalau dilihat dari sisi perdagangan intraday, maka posisi terlemahnya ada di Rp 16.800/US$ yang dicapai pada Juni 1998.
(hps/hps) Next Article Lawan Dolar, Begini Pergerakan Rupiah Pekan Ini
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) Hasan Johnny Widjaja kepada CNBC Indonesia, Senin (23/3), mengatakan cukup kaget dengan kurs dolar hari ini yang mendekati Rp 17.000, pada Senin (23/3).
"Bagi eksportir kurs melemah happy, karena membayar dengan rupiah pendapatan lebih banyak," kata Johnny.
"Senang lah kita ekspor, tapi problem bibit dan pestisida yang naik lagi karena impor," katanya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot kemarin, Senin (23/3). Pada penutupan bursa kembali menembus di atas level Rp 16.500/US$.
Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Pada Selasa (24/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.500 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 4,09% ke Rp 16.550/US$. Rupiah berada di posisi terlemah sepanjang sejarah dilihat dari posisi penutupan pasar. Kalau dilihat dari sisi perdagangan intraday, maka posisi terlemahnya ada di Rp 16.800/US$ yang dicapai pada Juni 1998.
(hps/hps) Next Article Lawan Dolar, Begini Pergerakan Rupiah Pekan Ini
Most Popular