Rupiah Bangkit! Tapi Tahan Lama Nggak Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 March 2020 08:10
Rupiah Bangkit! Tapi Tahan Lama Nggak Nih?
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah yang sudah 'murah' membuat mata uang Tanah Air menarik untuk dikoleksi.

Pada Selasa (24/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.500 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,3% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 4,09% ke Rp 16.550/US$. Rupiah berada di posisi terlemah sepanjang sejarah dilihat dari posisi penutupan pasar. Kalau dilihat dari sisi perdagangan intraday, maka posisi terlemahnya ada di Rp 16.800/US$ yang dicapai pada Juni 1998.



Per kemarin, rupiah sudah melemah sangat dalam yaitu 14,55% secara year-to-date. Rupiah bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia.

Angka-angka yang mengerikan itu memberi gambaran bahwa rupiah sudah tertekan sangat parah. Namun ini membuat rupiah jadi punya ruang untuk mencatatkan technical rebound. Kini rupiah sudah 'murah' sehingga investor kembali berkenan untuk mengoleksinya.


Akan tetapi, perjalanan rupiah ke depan masih sangat berat. Volatilitas di pasar keuangan global begitu tinggi sehingga hari ini rupiah boleh menguat, tetapi besok belum tentu.

Sentimen yang masih menjadi beban bagi pergerakan rupiah adalah penyebaran virus corona. Ya, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sudah menyebar ke lebih dari 180 negara.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:23 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 378.287 orang. Sedangkan korban jiwa tercatat 16.497 orang.


Penyebaran virus yang begitu cepat membuat berbagai negara melakukan langkah ekstrem dengan membatasi aktivitas masyarakat. Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah (kecuali untuk urusan yang sangat mendesak) untuk meredam potensi penularan lebih lanjut.

Negara terbaru yang melakukannya adalah Inggris. Perdana Menteri Boris Johnson dalam pidatonya di televisi menegaskan warga tidak boleh meninggalkan rumah kecuali untuk urusan penting.


Mengutip Reuters, hal-hal yang masih boleh dilakukan oleh warga adalah:
1. Keluar rumah untuk membeli keperluan sehari-hari.
2. Berolahraga di luar rumah seperti berlari, jalan kaki, atau bersepeda.
3. Mengakses layanan medis atau membantu orang lain yang membutuhkan.
4. Bekerja di luar rumah kalau benar-benar tidak memungkinkan bekerja dari rumah.
5. Mengadakan upacara pemakaman.

Sementara yang tidak boleh dilakukan adalah:
1. Bertemu dan berkumpul dengan kawan-kawan.
2. Bertemu dan berkumpul dengan sanak keluarga, kecuali yang berada di satu rumah.
3. Berbelanja melebihi kebutuhan dan terlalu sering keluar rumah.

Berikut adalah hal-hal yang dilakukan pemerintah untuk membatasi aktivitas publik:
1. Polisi akan dikerahkan untuk mengawasi dan yang melanggar dikenakan sanksi denda.
2. Menutup toko-toko yang tidak menjual kebutuhan pokok.
3. Menghentikan kumpul-kumpul yang melibatkan lebih dari dua orang di ruang publik, kecuali mereka memang tinggal bersama.
4. Menghentikan seluruh kegiatan sosial termasuk pernikahan (kecuali pemakaman).
5. Taman-taman tetap terbuka untuk umum, tetapi tidak bisa digunakan sebagai tempat berkumpul.

"Mulai malam ini, saya memberi perintah yang sederhana kepada rakyat Inggris. Anda harus tinggal di rumah. Kalau Anda patuh, maka polisi tidak akan menggunakan wewenangnya," tegas Johnson.


Tambah banyak saja negara yang membatasi aktivitas warga. Artinya roda perekonomian di banyak negara akan berjalan dengan sangat lambat. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi global adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari lagi.

"Korban jiwa akibat virus corona terus bertambah dan seluruh negara harus bekerja bersama untuk menanganinya. Kami memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh negatif (terkontraksi) dan sepertinya akan ada resesi setidaknya sama parahnya dengan saat krisis keuangan global. Atau bahkan lebih buruk," ungkap Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), sebagaimana diberitakan Reuters.


Pada 2009, perekonomian global mengalami kontraksi -1,59%. Apakah virus corona bisa membuat perekonomian dunia lebih parah dari itu?



Ancaman perlambatan ekonomi bahkan resesi yang sudah di depan mata membuat investor berpikir jutaan kali untuk bermain agresif dengan masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, posisi rupiah masih sangat rawan. Jangan-jangan penguatan rupiah hari ini hanya fatamorgana...



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular