IHSG Ambles ke Bawah 4.100 di sesi I, 7 Saham Kena ARB

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 March 2020 12:48
Level tersebut merupakan yang terendah sejak September 2015.
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lagi pada perdagangan sesi I Kamis (19/3/2020) setelah ambrol lebih dari 12% tiga hari terakhir.

IHSG langsung merosot begitu perdagangan dibuka, bahkan mengalami penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit setelah ambles 5,01% di 4.113,647 pada pukul 9:37 WIB.

Sesuai dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perdagangan bursa saham akan dihentikan selama 30 menit jika IHSG anjlok 5% atau lebih, sebagai langkah antisipasi dalam mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.

Kinerja IHSG belum membaik saat perdagangan kembali dibuka. Bursa kebanggaan tanah air ini malah semakin merosot hingga mengakhiri perdagangan sesi I di 4.099,09 ambles 6,58%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak September 2015.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 2,45 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 424,06 miliar di pasar reguler.



Mengiringi amblesnya IHSG, sebanyak 7 saham sudah tertekan auto rejection bawah (ARB), termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini sudah ambles 7%.

6 saham lainnya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Intraco Pentra Tbk (INTA), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Merck Tbk (MERK), PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).

Selain itu, ada 208 saham yang melemah lebih dari 6% alias mendekati batas ARB, Beberapa saham unggulan (blue chips) yang nyaris kena ARB diantaranya PT Astra International Tbk (ASII) -6,99%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) -6,99%, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) -6,97%, PT XL Axiata Tbk (ISAT) -6,93%, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) -6,93%, dan PT Indosat Tbk (ISAT) -6,93%. 



Pandemi virus corona (COVID-19) yang terus menyebar membuat aksi jual terjadi di bursa saham global.

Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, menjangkiti level dari 217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia. Banyak negara kini menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan.

Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 227 kasus positif COVID-19, dengan 19 orang dilaporkan meninggal, dan 11 orang dinyakatan sembuh.

Untuk meredam penyebaran COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian pemerintah sudah merilis dua paket stimulus fiskal untuk meredam dampak penyebaran virus corona. Namun itu bukan yang terakhir, karena pemerintah sedang menyusun rencana paket stimulus fiskal jilid III.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha. Di bidang kesehatan, Sri Mulyani menjanjikan akan 'mengguyur' anggaran dalam jumlah besar.

"Untuk stimulus ke-3 pertama adalah kesehatan. Kita akan lihat segala kebutuhan, kita akan flush di situ, jumlahnya masih belum. Sekarang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menghitung, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga menghitung," kata Sri Mulyani dalam video conference realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 edisi Maret 2020.

Sayangnya paket stimulus fiskal tersebut masih belum mampu membawa IHSG bangkit dari tekanan pandemi COVID-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Perdagangan Dihentikan, BCA Kena ARB & 161 Saham Mendekati

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular