Dolar Singapura Perkasa, Tembus Rp 10.657

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 March 2020 12:31
Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2018.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura masih saja menguat melawan rupiah meski Negeri Merlion berisiko menghadapi pandemi virus corona (COVID-19) gelombang kedua.

Pada perdagangan Rabu (18/3/2020) pukul 11:26 WIB, dolar Singapura menguat 0,48% ke Rp 10.657,23/SG$. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2018. 

Selasa kemarin, Singapura melaporkan jumlah kasus baru sebanyak 23 orang, penambahan harian tersebut menjadi yang tertinggi sejak wabah ini menyebar di Negeri Merlion. Tidak hanya itu Hong Kong melaporkan 3 kasus baru, setelah di hari Senin melaporkan 9 kasus, yang merupakan penambahan harian terbesar sejak 9 Februari. Sementara Taiwan melaporkan 10 kasus baru, sehingga total kasus menjadi 77 orang.

Sebelumnya, penyebaran COVID-19 di negara-negara tersebut sudah mulai melambat, tetapi kini kembali bertambah signifikan, sehingga dikatakan berisiko mengalami penyebaran gelombang II.

Sebabnya, warga yang berasal dari Singapura, Hong Kong, dan yang lainnya yang tinggal di Eropa "mudik" setelah Benua Biru menjadi epicentrum baru pandemic COVID-19.


Meski adanya risiko penyebaran gelombang II tersebut, nyatanya dolar Singapura masih terus menguat. Hal tersebut mengindikasikan sentimen pelaku pasar masih belum bagus dan terus keluar keluar dari aset-aset berisiko, yang terus menekan rupiah.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga saat ini tercatat "hanya" ada 266 kasus.

Sementara Indonesia baru terpapar sejak awal bulan ini, dengan jumlah kasus sebanyak 172 orang. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 atau virus corona Achmad Yurianto mengatakan ke depannya diprediksi akan terjadi penambahan kasus yang signifikan.

"Kita menyadari, akan terjadi penambahan pasien secara signifikan. Sebabnya dari kontak. Kita akan tracing dan edukasi juga semakin gencar. Sehingga masyarakat sudah mulai menyadari bahwa mereka juga harus waspada," kata Yurianto di BNPB, Selasa (17/3/2020).

Badan Intelijen Negara (BIN) memprediksi puncak penyebaran virus corona atau Covid-19 akan terjadi pada Mei 2020. Prediksi ini didapatkan dari setelah pemerintah membuat permodelan terkait penyebaran virus corona.

"Jadi, kalau kita hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," ujar Deputi V BIN Afini Boer, dikutip dari detikcom.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/hps) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular