
Belum Bisa Move On, Kini IHSG di Bawah Level 4.400
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dua hari beruntun dibuka dan terbenam di zona merah, hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah lagi pada pembukaan pasar hari ini.
Pada perdagangan hari ketiga pekan ini, Rabu (18/3/2020), pada 09.03 WIB IHSG melemah 1,64% ke level 4.383,69. Sentimen positif yang datang dari Presiden AS Donald Trump tak mampu membuat IHSG menguat.
Kemarin IHSG ditutup dengan koreksi harian sebesar 4,99%. Satu jam sebelum perdagangan ditutup, IHSG sempat anjlok 5% dan perdagangan disetop selama 30 menit (trading halt). Di tengah situasi yang tak kondusif seperti ini asing membukukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 1 triliun kemarin, Selasa (17/3/2020).
Presiden AS ke-45 Donald Trump tadi pagi mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus sebesar US$ 1 triliun untuk meredam dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Negeri Paman Sam.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pemerintah berencana untuk mengirim uang tunai langsung untuk warga Amerika dalam dua minggu ke depan. "Warga Amerika butuh uang tunai saat ini" katanya melansir CNBC Internasional.
Kabar ini direspons positif oleh pasar. Wall Street pun menghijau tadi pagi. Setelah mencatatkan koreksi yang parah (pakai banget), Wall Street akhirnya berhasil melenggang ke zona hijau pagi tadi. Dow Jones naik 4,7%, S&P 500 melompat 4,6% dan yang terakhir Nasdaq Composite terangkat 6%.
Namun penguatan yang dicatatkan tiga indeks utama bursa saham AS tak sebesar koreksi yang sebelumnya terjadi. Maklum selagi wabah COVID-19 masih merebak, pasar belum bisa benar-benar tenang.
Mislav Matejka, kepala Global Equity Strategy di JP Morgan mengatakan ada beberapa syarat untuk pasar bisa reli berkelanjutan.
"Kita akan melihat reli berkelanjutan jika 1) ada stimulus fiskal yang agresif dan 2) masalah utamanya yakni wabah virus secara jelas menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya" kata Matejka, melansir CNBC International.
Kini Trump sudah mengikuti keinginan pasar dengan rencananya untuk mengguyur perekonomian Paman Sam dengan stimulus senilai US$ 1 triliun. Sekarang tinggal bagaimana kelanjutan perkembangan dari wabah itu sendiri.
Sebenarnya jika ditarik sampai ke awal tahun, IHSG masih menjadi yang paling underperforming jika dibanding bursa saham utama kawasan Asia lainnya. Sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, IHSG sudah terkoreksi nyaris 30% dengan asing membukukan aksi net sell sebesar Rp 8,55 triliun. Ya bagaimana lagi, jumlah kasus COVID-19 di luar China dalam dua hari terakhir bertambah signifikan. Termasuk di Indonesia sendiri.
Pasar saham tanah air dan global masih berpeluang bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Pasar masih sangat sensitif dan rapuh.
Buktinya, baru menguat lebih dari 1.000 poin dan berhasil melenggang ke zona hijau, indeks futures Dow Jones sudah anjlok 651 poin pada pukul 09.08 waktu Amerika. Ini sudah jadi indikator betapa bursa saham sedang mengalami fluktuasi yang tinggi.
Bagaimanapun juga, musuh utama umat manusia saat ini adalah wabah virus itu sendiri. Selagi COVID-19 belum dapat disingkirkan dari muka bumi, atau setidaknya dijinakkan saja dulu, pasar saham masih akan dilanda dengan kepanikan. Apalagi kalau jumlah kasusnya bertambah signifikan. Tentu arah pergerakan pasar jadi semakin volatil.
Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan, jumlah kasus infeksi COVID-19 per hari ini mencapai 197.140. COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 150 negara. Tak bisa dipungkiri wabah ini yang jadi ancaman bagi kesehatan, perekonomian dan pasar saham global termasuk tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article IHSG Sempat di Bawah 4.400, Terendah Sejak Desember 2015
Pada perdagangan hari ketiga pekan ini, Rabu (18/3/2020), pada 09.03 WIB IHSG melemah 1,64% ke level 4.383,69. Sentimen positif yang datang dari Presiden AS Donald Trump tak mampu membuat IHSG menguat.
Kemarin IHSG ditutup dengan koreksi harian sebesar 4,99%. Satu jam sebelum perdagangan ditutup, IHSG sempat anjlok 5% dan perdagangan disetop selama 30 menit (trading halt). Di tengah situasi yang tak kondusif seperti ini asing membukukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 1 triliun kemarin, Selasa (17/3/2020).
Presiden AS ke-45 Donald Trump tadi pagi mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus sebesar US$ 1 triliun untuk meredam dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Negeri Paman Sam.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pemerintah berencana untuk mengirim uang tunai langsung untuk warga Amerika dalam dua minggu ke depan. "Warga Amerika butuh uang tunai saat ini" katanya melansir CNBC Internasional.
Kabar ini direspons positif oleh pasar. Wall Street pun menghijau tadi pagi. Setelah mencatatkan koreksi yang parah (pakai banget), Wall Street akhirnya berhasil melenggang ke zona hijau pagi tadi. Dow Jones naik 4,7%, S&P 500 melompat 4,6% dan yang terakhir Nasdaq Composite terangkat 6%.
Namun penguatan yang dicatatkan tiga indeks utama bursa saham AS tak sebesar koreksi yang sebelumnya terjadi. Maklum selagi wabah COVID-19 masih merebak, pasar belum bisa benar-benar tenang.
Mislav Matejka, kepala Global Equity Strategy di JP Morgan mengatakan ada beberapa syarat untuk pasar bisa reli berkelanjutan.
"Kita akan melihat reli berkelanjutan jika 1) ada stimulus fiskal yang agresif dan 2) masalah utamanya yakni wabah virus secara jelas menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya" kata Matejka, melansir CNBC International.
Kini Trump sudah mengikuti keinginan pasar dengan rencananya untuk mengguyur perekonomian Paman Sam dengan stimulus senilai US$ 1 triliun. Sekarang tinggal bagaimana kelanjutan perkembangan dari wabah itu sendiri.
Sebenarnya jika ditarik sampai ke awal tahun, IHSG masih menjadi yang paling underperforming jika dibanding bursa saham utama kawasan Asia lainnya. Sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, IHSG sudah terkoreksi nyaris 30% dengan asing membukukan aksi net sell sebesar Rp 8,55 triliun. Ya bagaimana lagi, jumlah kasus COVID-19 di luar China dalam dua hari terakhir bertambah signifikan. Termasuk di Indonesia sendiri.
Pasar saham tanah air dan global masih berpeluang bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Pasar masih sangat sensitif dan rapuh.
Buktinya, baru menguat lebih dari 1.000 poin dan berhasil melenggang ke zona hijau, indeks futures Dow Jones sudah anjlok 651 poin pada pukul 09.08 waktu Amerika. Ini sudah jadi indikator betapa bursa saham sedang mengalami fluktuasi yang tinggi.
Bagaimanapun juga, musuh utama umat manusia saat ini adalah wabah virus itu sendiri. Selagi COVID-19 belum dapat disingkirkan dari muka bumi, atau setidaknya dijinakkan saja dulu, pasar saham masih akan dilanda dengan kepanikan. Apalagi kalau jumlah kasusnya bertambah signifikan. Tentu arah pergerakan pasar jadi semakin volatil.
Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan, jumlah kasus infeksi COVID-19 per hari ini mencapai 197.140. COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 150 negara. Tak bisa dipungkiri wabah ini yang jadi ancaman bagi kesehatan, perekonomian dan pasar saham global termasuk tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article IHSG Sempat di Bawah 4.400, Terendah Sejak Desember 2015
Most Popular