Rupiah Sudah Nyaris Rp14.900/US$, 'Jamu' The Fed Tak Cespleng

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2020 10:49
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bahkan dolar AS semakin dekat dengan level Rp 14.900.
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bahkan dolar AS semakin dekat dengan level Rp 14.900.

Pada Senin (16/3/2020) pukul 10:30 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.875. Rupiah melemah 0,92% dan menyentuh titik terlemah sejak November 2018.

 


Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia lainnya juga melemah. Namun depresiasi hampir 1% membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:40 WIB:



Pagi tadi, rupiah sempat menguat karena kabar dari AS. Malam tadi waktu Indonesia, bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan.

Tidak main-main, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memangkas Federal Funds Rate 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Ini adalah rekor terendah sejak 2015.

Ini adalah kali kedua dalam sebulan The Fed mengadakan rapat di luar jadwal dan menurunkan suku bunga acuan. Sebelumnya, langkah serupa ditempuh pada 3 Maret di mana suku bunga acuan diturunkan 50 bps.

Semestinya rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Commitee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret. Sepertinya kondisi begitu genting sehingga The Fed tidak bisa menunggu lagi.

"Dampak dari penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga. Komite akan mempertahankan target ini sampai ada keyakinan bahwa ekonomi sudah membaik, penciptaan lapangan kerja ke titik maksimum, dan stabilitas harga sesuai dengan target," sebut keterangan tertulis The Fed.


Tidak cuma pemotongan suku bunga acuan, The Fed juga siap menempuh langkah-langkah lain untuk menjaga performa perekonomian Negeri Adidaya. Untuk menjaga stabilitas pasar, The Fed akan meningkatkan pembelian obligasi pemerintah AS setidaknya US$ 500 miliar dalam beberapa bulan ke depan dan meningkatkan kepemilikan di aset keuangan berbasis properti (mortage-backed securites) setidaknya US$ 200 miliar.

"Sebagai tambahan, operasi pasar diperluas terutama di pasar repo. Komite akan terus memantau seluruh perkembangan dengan saksama dan bersiap menyesuaikan kebijakan jika diperlukan," tambah keterangan tertulis The Fed.

Akan tetapi, kebijakan The Fed tidak mampu membendung kecemasan pasar akibat virus corona. Malah berkembang persepsi bahwa The Fed terlalu panik dalam menyikapi situasi, sehingga justru kontraproduktif.


"Pasar bertanya-tanya, apakah The Fed mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui? Apakah COVID-19 lebih parah dari yang kita duga?" tegas Phil Orlando, Chief Equity Market Strategist di Federated Hermes yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

"The Fed sepertinya ketakutan. Melakukan langkah seperti ini cukup mengejutkan, mereka mengeluarkan seluruh amunisi. Ini bisa berdampak positif, tetapi tidak akan banyak karena isu virus corona masih berkembang," tambah Robert Pavlik, Chief Investment Strategist di Slatestone Wealth LLC yang berbasis di New York, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, pemangkasan suku bunga acuan dan gelontoran likuiditas yang dilakukan The Fed tidak banyak membantu. Pelaku pasar masih sangat berhati-hati sehingga belum masuk masuk ke instrumen-instrumen berisiko di Asia.



TIM RISET CNBC INDONESA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular