Tadi Sih Menguat, Eh Sekarang Rupiah Melemah Lagi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2020 09:44
Tadi Sih Menguat, Eh Sekarang Rupiah Melemah Lagi...
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menguat kini berbalik melemah. Rilis data dari China yang melempem membuat kekhawatiran terhadap virus corona kembali meningkat.

Pada Senin (16/3/2020) pukul 09:30 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.760. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,27% ke Rp 14.700/US$. Namun seiring perjalanan, apresiasi rupiah menipis, habis, dan sekarang sudah berbalik melemah.


Investor kembali ke mode risk-off setelah rilis data ekonomi terbaru dari China. Pada Januari-Februari 2020, produksi industri China turun 13,5% year-on-year (YoY). Ini adalah penurunan pertama sejak awal 1990.

 

Kemudian harga perumahan di China pada Februari 2020 naik 5,8% YoY. Meski masih tumbuh, tetapi menjadi laju terlemah sejak Juli 2018.

 

Dua data ini menunjukkan bagaimana perekonomian Negeri Tirai Bambu terpukul akibat serangan virus corona. Kebijakan 'penguncian' (lockdown) di sejumlah kota membuat aktivitas ekonomi terhambat sehingga produksi industri jeblok. Penurunan kinerja sektor manufaktur sudah berdampak ke konsumen, yang menyebabkan harga properti tumbuh melambat.


China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga masalah di sana akan membuat satu benua merasakan dampaknya. Aura perlambatan ekonomi Asia yang semakin nyata membuat investor mundur teratur.

Seretnya arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Asia membuat mata uang utama Benua Kuning kompak melemah. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:32 WIB:




Namun memasuki Maret, situasi China mulai membaik. Laju penyebaran virus corona semakin melambat dan korban jiwa juga berkurang.




Mengutip Reuters, aktivitas di pelabuhan China berangsur normal. Para pekerja sudah kembali beraktivitas.

"Beberapa waktu lalu, pekerja sangat kurang. Sekarang sudah membaik, orang-orang kembali bekerja," kata Zhang Ruxing, Sekretaris Jenderal Divisi Kontainer di Asosiasi Pelabuhan China, seperti dikutip dari Reuters.

Namun para pekerja ini punya tugas yang sangat berat. Saat ini masih ada sekitar 18.000 kargo ukuran ekuivalen 20 kaki (TEUS) di pelabuhan Shanghai dan Tianjin yang menumpuk akibat sebelumnya tidak sempat diangkut. Oleh karena itu, pemulihan aktivitas ekonomi China tidak bisa cepat, harus bertahap.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular