
Waduh, Dow Futures Juga Kena Trading Halt!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 March 2020 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan indeks berjangka (futures) Wall Street hari ini mengalami penghentian sementara (trading halt) setelah merosot tajam sore ini. Hal yang sama juga menimpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore tadi yang dihentikan sementara setelah amblas lebih dari 5%.
Perdagangan indeks futures Wall Street juga akan dihentikan sementara jika sudah anjlok lebih dari 5%. Indeks Dow Jones futures, S&P 500 futures, dan Nasdaq futures mendekati batas tersebut penurunan tersebut, tetapi S&P 500 futures dan Nasdaq futures berhasil memangkas pelemahan.
Namun indeks Dow Jones futures bablas lebih dari 5% sehingga perdagangan dihentikan sementara.
Anjloknya indeks futures tersebut mengindikasikan bursa saham AS akan mengalami aksi jual kembali saat dibuka malam nanti (Kamis pagi waktu AS). Berbeda dengan indeks futures, perdagangan di bursa saham AS baru akan dihentikan sementara jika indeksnya ambles lebih dari 7%.
Tekanan jual di bursa saham AS terjadi di pekan ini, dan "menggila" sejak perdagangan Rabu setelah setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemic menjadi pemicu aksi jual di bursa saham, tidak hanya di Indonesia tetapi secara global.
Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.
"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi," tegasnya.
"Pandemi bukan kata yang mudah, atau digunakan secara gegabah. Itu adalah kata yang jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau merasa pertarungan sudah berakhir, yang membawa pada penderitaan dan kematian yang tidak seharusnya terjadi" kata Tedros.
Selain penetapan wabah corona sebagai pandemi, aksi jual di Wall Street juga terjadi akibat kurangnya detail stimulus fiskal yang akan diberikan oleh Presiden AS, Donald Trump. Pada Selasa lalu, Presiden Trump berencana untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) menjadi 0% alias tidak dikenakan pajak untuk sementara waktu.
Proposal tersebut saat ini masih berada di Kongres AS untuk mendapat persetujuan. Dalam pidatonya hari ini, Presiden Trump mendesak Kongres untuk segera menyetujui pemangkasan PPh tersebut.
"Saya menyerukan kepada Kongres untuk memberikan orang Amerika bantuan pajak penghasilan, segera. Mudah-mudahan, mereka akan mempertimbangkan ini dengan sangat kuat," kata Trump dalam pidatonya, dikutip AFP, Kamis (12/3).
Selain itu, Presiden AS ke-45 ini juga melarang wisatawan dari Eropa ke AS selama 30 hari, yang menimbulkan kepanikan di pasar akan besarnya dampak pandemi COVID-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Perdagangan indeks futures Wall Street juga akan dihentikan sementara jika sudah anjlok lebih dari 5%. Indeks Dow Jones futures, S&P 500 futures, dan Nasdaq futures mendekati batas tersebut penurunan tersebut, tetapi S&P 500 futures dan Nasdaq futures berhasil memangkas pelemahan.
Namun indeks Dow Jones futures bablas lebih dari 5% sehingga perdagangan dihentikan sementara.
Anjloknya indeks futures tersebut mengindikasikan bursa saham AS akan mengalami aksi jual kembali saat dibuka malam nanti (Kamis pagi waktu AS). Berbeda dengan indeks futures, perdagangan di bursa saham AS baru akan dihentikan sementara jika indeksnya ambles lebih dari 7%.
Tekanan jual di bursa saham AS terjadi di pekan ini, dan "menggila" sejak perdagangan Rabu setelah setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemic menjadi pemicu aksi jual di bursa saham, tidak hanya di Indonesia tetapi secara global.
Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.
"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi," tegasnya.
"Pandemi bukan kata yang mudah, atau digunakan secara gegabah. Itu adalah kata yang jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau merasa pertarungan sudah berakhir, yang membawa pada penderitaan dan kematian yang tidak seharusnya terjadi" kata Tedros.
Selain penetapan wabah corona sebagai pandemi, aksi jual di Wall Street juga terjadi akibat kurangnya detail stimulus fiskal yang akan diberikan oleh Presiden AS, Donald Trump. Pada Selasa lalu, Presiden Trump berencana untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) menjadi 0% alias tidak dikenakan pajak untuk sementara waktu.
Proposal tersebut saat ini masih berada di Kongres AS untuk mendapat persetujuan. Dalam pidatonya hari ini, Presiden Trump mendesak Kongres untuk segera menyetujui pemangkasan PPh tersebut.
"Saya menyerukan kepada Kongres untuk memberikan orang Amerika bantuan pajak penghasilan, segera. Mudah-mudahan, mereka akan mempertimbangkan ini dengan sangat kuat," kata Trump dalam pidatonya, dikutip AFP, Kamis (12/3).
Selain itu, Presiden AS ke-45 ini juga melarang wisatawan dari Eropa ke AS selama 30 hari, yang menimbulkan kepanikan di pasar akan besarnya dampak pandemi COVID-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Most Popular