
Pandemi Corona Bikin Sempat Bawa IHSG di Bawah 5.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 March 2020 12:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok pada perdagangan Kamis (12/3/2020) hingga ke bawah level 5.000. Tanda-tanda akan anjloknya IHSG sudah terlihat sejak Selasa kemarin, saat bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ambles.
Sebagai kiblat bursa saham dunia, amblesnya Wall Street tentunya mengirim hawa negatif ke bursa Asia hari ini. Benar saja, begitu perdagangan dalam negeri dibuka, IHSG langsung anjlok 2,2%. Depresiasi IHSG terus berlanjut hingga 4,63% ke 4.929,563. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 29 Juni 2016.
Untuk diketahui, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dihentikan selama 30 menit seandainya IHSG anjlok 5%. Hal tersebut terungkap dalam surat OJK kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) perihal Perintah Melakukan Trading Halt Perdagangan di BEI dalam Kondisi Pasar Modal Mengalami Tekanan.
IHSG berhasil memperbaiki posisinya, dan mengakhiri perdagangan sesi I di level 5.002,559 melemah 2,94%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 233,66 miliar.
Amblesnya Wall Street pada perdagangan Selasa terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Healt Organization/WHO) menetapkan wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemi.
Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.
"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi" tegasnya.
Virus corona sudah menjangkiti lebih dari 100 negara. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga pagi ini jumlah kasus virus corona lebih dari 125.000 secara global, dengan korban meninggal sebanyak 4.616 orang.
"Pandemi bukan kata yang mudah, atau digunakan secara gegabah. Itu adalah kata yang jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau merasa pertarungan sudah berakhir, yang membawa pada penderitaan dan kematian yang tidak seharusnya terjadi" kata Tedros.
Setelah pengumuman tersebut, bursa saham AS (Wall Street) langsung merosot 5%, yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Apalagi rencana stimulus dari Presiden AS Donald Trump berupa pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) menjadi 0% masih berada tertahan di Kongres AS.
Presiden Trump kini mendesak Kongres untuk segera menyetujui pemangkasan PPh tersebut.
"Saya menyerukan kepada Kongres untuk memberikan orang Amerika bantuan pajak penghasilan, segera. Mudah-mudahan, mereka akan mempertimbangkan ini dengan sangat kuat," kata Trump dalam pidatonya, dikutip AFP, Kamis (12/3/2020).
Pandemi COVID-19 yang membuat Wall Street anjlok akhirnya menyeret turun bursa saham Asia, indeks Nikkei Jepang, Hang Seng Hong Kong, dan Kospi Korea Selatan merosot lebih dari 3%, sementara indeks Shanghai Composite China melemah 1,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Sebagai kiblat bursa saham dunia, amblesnya Wall Street tentunya mengirim hawa negatif ke bursa Asia hari ini. Benar saja, begitu perdagangan dalam negeri dibuka, IHSG langsung anjlok 2,2%. Depresiasi IHSG terus berlanjut hingga 4,63% ke 4.929,563. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 29 Juni 2016.
Untuk diketahui, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dihentikan selama 30 menit seandainya IHSG anjlok 5%. Hal tersebut terungkap dalam surat OJK kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) perihal Perintah Melakukan Trading Halt Perdagangan di BEI dalam Kondisi Pasar Modal Mengalami Tekanan.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 233,66 miliar.
Amblesnya Wall Street pada perdagangan Selasa terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Healt Organization/WHO) menetapkan wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemi.
Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.
"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi" tegasnya.
Virus corona sudah menjangkiti lebih dari 100 negara. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga pagi ini jumlah kasus virus corona lebih dari 125.000 secara global, dengan korban meninggal sebanyak 4.616 orang.
"Pandemi bukan kata yang mudah, atau digunakan secara gegabah. Itu adalah kata yang jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau merasa pertarungan sudah berakhir, yang membawa pada penderitaan dan kematian yang tidak seharusnya terjadi" kata Tedros.
Setelah pengumuman tersebut, bursa saham AS (Wall Street) langsung merosot 5%, yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Apalagi rencana stimulus dari Presiden AS Donald Trump berupa pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) menjadi 0% masih berada tertahan di Kongres AS.
Presiden Trump kini mendesak Kongres untuk segera menyetujui pemangkasan PPh tersebut.
"Saya menyerukan kepada Kongres untuk memberikan orang Amerika bantuan pajak penghasilan, segera. Mudah-mudahan, mereka akan mempertimbangkan ini dengan sangat kuat," kata Trump dalam pidatonya, dikutip AFP, Kamis (12/3/2020).
Pandemi COVID-19 yang membuat Wall Street anjlok akhirnya menyeret turun bursa saham Asia, indeks Nikkei Jepang, Hang Seng Hong Kong, dan Kospi Korea Selatan merosot lebih dari 3%, sementara indeks Shanghai Composite China melemah 1,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Amblas Nyaris 5%, IHSG Tinggalkan Level 4.500
Most Popular