
Pak Erick, 'Jamu' Buyback Kurang Ampuh buat 8 Saham BUMN
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
11 March 2020 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak 12 saham perusahaan pelat merah yang melakukan pembelian kembali saham (buyback) cenderung terkoreksi. Sebanyak 8 saham BUMN berakhir di zona merah pada perdagangan sesi I, Rabu ini (11/3/2020).
Setelah melesat tinggi pada perdagangan Selasa kemarin, pada sesi I, dari 12 emiten yang siap buyback, hanya empat yang harga sahamnya menguat.
Data BEI mencatat, 4 saham BUMN yang menguat tersebut yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,56%, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 2%, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga naik 1,09% dan saham PT Timah Tbk (TINS) naik 0,91%.
Sementara 8 saham BUMN lainnya terpuruk di zona merah. Berikut ini data pergerakan harga saham 12 emiten BUMN tersebut:
Kemarin, Selasa (10/3/2020) Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebutkan restu buyback tersebut diberikan karena penurunan harga saham perusahaan pelat merah melebihi fundamental.
"Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yg akan buyback nilainya Rp 7 triliun- Rp 8 triliun," kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, setelah melakukan pertemuan dengan para direksi perusahaan pelat merah, Selasa (10/3/2020).
Pelaksanaan buyback akan diserahkan kepada masing-masing BUMN. "Periodenya udah mulai, strateginya diserahkan ke masing-masing perusahaan. Alasannya IHSG turun, baru nilai fundamental perusahaan melebih nilai transaksi di pasar," kata Arya.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan alokasi dana untuk buyback harus disesuaikan dengan kondisi likuiditas dan valuasi harga saham terhadap kinerja fundamental.
"Ya kalau buyback tergantung masing masing BUMN. [Kondisi] likuiditasnya dan mengenai nilai fundamentalnya," kata Kartika yang biasa dipanggil Tiko di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Kartika mengatakan sudah melakukan pemetaan terhadap penurunan harga saham BUMN yang sempat anjlok dalam di awal pekan. Selain itu, sentimen negatif virus corona masih menjadi sumber utama pemicu koreksi bursa saham dunia, termasuk Indonesia.
Kartika menambahkan, jika harga saham sudah turun banyak dari fundamental, maka BUMN tersebut dipersilahkan melakukan buyback secara bertahap
.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Setelah melesat tinggi pada perdagangan Selasa kemarin, pada sesi I, dari 12 emiten yang siap buyback, hanya empat yang harga sahamnya menguat.
Data BEI mencatat, 4 saham BUMN yang menguat tersebut yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,56%, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 2%, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga naik 1,09% dan saham PT Timah Tbk (TINS) naik 0,91%.
Sementara 8 saham BUMN lainnya terpuruk di zona merah. Berikut ini data pergerakan harga saham 12 emiten BUMN tersebut:
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,56%
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,09%
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,88%
- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 2%
- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun 4,19%
- PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 1,47%
- PT PP Tbk (PTPP) turun 3,57%
- PT Jasa Marga Tbk (JSMR) turun 2,22%
- PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 2,35%
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 1,74%
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 1,74%
- PT Timah Tbk (TINS) naik 0,91%
Kemarin, Selasa (10/3/2020) Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebutkan restu buyback tersebut diberikan karena penurunan harga saham perusahaan pelat merah melebihi fundamental.
"Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yg akan buyback nilainya Rp 7 triliun- Rp 8 triliun," kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, setelah melakukan pertemuan dengan para direksi perusahaan pelat merah, Selasa (10/3/2020).
Pelaksanaan buyback akan diserahkan kepada masing-masing BUMN. "Periodenya udah mulai, strateginya diserahkan ke masing-masing perusahaan. Alasannya IHSG turun, baru nilai fundamental perusahaan melebih nilai transaksi di pasar," kata Arya.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan alokasi dana untuk buyback harus disesuaikan dengan kondisi likuiditas dan valuasi harga saham terhadap kinerja fundamental.
"Ya kalau buyback tergantung masing masing BUMN. [Kondisi] likuiditasnya dan mengenai nilai fundamentalnya," kata Kartika yang biasa dipanggil Tiko di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Kartika mengatakan sudah melakukan pemetaan terhadap penurunan harga saham BUMN yang sempat anjlok dalam di awal pekan. Selain itu, sentimen negatif virus corona masih menjadi sumber utama pemicu koreksi bursa saham dunia, termasuk Indonesia.
Kartika menambahkan, jika harga saham sudah turun banyak dari fundamental, maka BUMN tersebut dipersilahkan melakukan buyback secara bertahap
.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular