
Ambles 4% Lebih di Sesi I, IHSG di Level Terendah 3 Tahun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2020 12:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles diperdagangkan Senin (9/3/2020) hingga menyentuh level terlemah dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Begitu perdagangan hari ini dibuka IHSG langsung jeblok 2,44% ke 5.364,604, dan terus berlanjut hingga mengakhiri sesi I di 5.266,284. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 23 Januari 2017.
Berdasarkan data RTI, nilai transkasi di sesi I sebesar Rp 2,96 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar 238,89 miliar.
Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham Asia lainnya, indeks Nikkei Jepang anjlok nyaris 6%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4%, Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China masing-masing lebih dari 3% dan 2%.
Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven) seperti obligasi AS (Treasury), emas, serta mata uang yen.
Yield Treasury AS tenor 10 tahun sejak pekan lalu terus membentuk rekor terendah sepanjang masa, siang ini berada di level 0,515%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Ketika harga naik, berarti permintaan akan Treasury AS sedang meningkat.
Sementara itu, harga emas dunia pagi ini melesat ke atas US$ 1.700/troy ons, menjadi level tertingi sejak Desember 2012. Yen Jepang berada di level terkuat sejak November 2016.
Pelambatan ekonomi global yang sudah di depan mata, bahkan adanya risiko resesi di beberapa negara terus memicu aksi jual di bursa saham.
S&P Global dalam sebuah laporannya dipublikasikan pada Jumat (6/3/2020) menuliskan virus corona dapat menimbulkan kerugian pada perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar atau setara dengan lebih dari seperlima output perekonomian RI dalam setahun.
Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Thailand diprediksi terancam terseret ke dalam jurang resesi, menurut S&P. Lembaga tersebut juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020 dari 5,7% menjadi 4,8%.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya sempat menyatakan jika perekonomian China terpangkas 1 poin persentase, maka ekonomi Indonesia berisiko terpangkas 0,3-0,6 poin persentase.
Itu baru China, belum melihat negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang yang besar dengan Indonesia seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan yang juga diprediksi mengalami pelambatan ekonomi hingga resesi. Tekanan bagi ekonomi Indonesia tentunya semakin besar, yang memicu aksi jual di IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Begitu perdagangan hari ini dibuka IHSG langsung jeblok 2,44% ke 5.364,604, dan terus berlanjut hingga mengakhiri sesi I di 5.266,284. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 23 Januari 2017.
Berdasarkan data RTI, nilai transkasi di sesi I sebesar Rp 2,96 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar 238,89 miliar.
Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven) seperti obligasi AS (Treasury), emas, serta mata uang yen.
Yield Treasury AS tenor 10 tahun sejak pekan lalu terus membentuk rekor terendah sepanjang masa, siang ini berada di level 0,515%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Ketika harga naik, berarti permintaan akan Treasury AS sedang meningkat.
Sementara itu, harga emas dunia pagi ini melesat ke atas US$ 1.700/troy ons, menjadi level tertingi sejak Desember 2012. Yen Jepang berada di level terkuat sejak November 2016.
Pelambatan ekonomi global yang sudah di depan mata, bahkan adanya risiko resesi di beberapa negara terus memicu aksi jual di bursa saham.
S&P Global dalam sebuah laporannya dipublikasikan pada Jumat (6/3/2020) menuliskan virus corona dapat menimbulkan kerugian pada perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar atau setara dengan lebih dari seperlima output perekonomian RI dalam setahun.
Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Thailand diprediksi terancam terseret ke dalam jurang resesi, menurut S&P. Lembaga tersebut juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020 dari 5,7% menjadi 4,8%.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya sempat menyatakan jika perekonomian China terpangkas 1 poin persentase, maka ekonomi Indonesia berisiko terpangkas 0,3-0,6 poin persentase.
Itu baru China, belum melihat negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang yang besar dengan Indonesia seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan yang juga diprediksi mengalami pelambatan ekonomi hingga resesi. Tekanan bagi ekonomi Indonesia tentunya semakin besar, yang memicu aksi jual di IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular