
Perang Harga Minyak Bikin Wall Street Futures Ambles Lebih 4%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2020 12:11

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks saham berjangka (futures) AS ambles lebih dari 4% di perdagangan Senin (9/3/2020), kecemasan akan pelambatan ekonomi akibat wabah virus corona diperparah dengan perang harga minyak mentah.
Pada pukul 11:11 WIB, indeks Dow Jones Futures anjlok nyaris 1.200 poin, atau 4,64%, sementara S&P 500 futures dan Nasdaq futures masing-masing merosot 4,89% dan 4,82%.
Jebloknya indeks Wall Street futures mengindikasikan bursa saham AS juga akan dibuka ambles saat perdagangan pasar AS dibuka.
Wabah virus corona terus meluas di luar China membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk, Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona kini lebih dari 110.000 orang, dengan korban meninggal sebanyak 3.825 orang.
Di luar China, lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia, Iran, Perancis, Jerman, hingga AS.
Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona.
Wabah virus corona yang telah sampai ke Negeri Paman Sam membuat bursa saham AS bergerak liar dalam dua pekan terakhir. Ketiga indeks utama bergerak naik turun dengan persentase yang tinggi. indeks S&P 500 dalam dua pekan terakhir sudah ambles 10,95%.
Setelah wabah virus corona, kini jebloknya harga minyak mentah menambah tekanan bagi Wall Street. Harga minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) pada hari ini anjlok lebih dari 30% setelah pada pekan lalu OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya gagal mencapai kesepakatan pemangkasan produksi.
Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam sebesar 1,5 juta barel per hari (bpd). OPEC akan menanggung 1 juta bpd sementara Rusia dkk diminta berkontribusi sebesar 500.000 bpd. Namun Rusia menolak usulan itu dan pertemuan OPEC+ tak menghasilkan kesepakatan apa-apa.
Arab Saudi secara mengejutkan justru mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10% di tengah kondisi seperti sekarang ini pada Sabtu (7/3). Hal ini seolah mengindikasikan Arab yang mulai menabuh genderang perang harga dengan Rusia.
Dampaknya, harga minyak langsung jatuh pada hari ini dan turut menyeret Wall Street.
"Minyak mentah menjadi masalah yang lebih besar bagi pasar dibandingkan virus corona. Hampir tidak mungkin bagi S&P 500 untuk bangkit secara berkelanjutan jika harga minyak Brent terus mengalami penurunan" kata Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir
Pada pukul 11:11 WIB, indeks Dow Jones Futures anjlok nyaris 1.200 poin, atau 4,64%, sementara S&P 500 futures dan Nasdaq futures masing-masing merosot 4,89% dan 4,82%.
Jebloknya indeks Wall Street futures mengindikasikan bursa saham AS juga akan dibuka ambles saat perdagangan pasar AS dibuka.
Di luar China, lonjakan kasus terjadi di Korea Selatan, Italia, Iran, Perancis, Jerman, hingga AS.
Jumlah kasus corona di AS kini mencapai 554 orang, negara bagian California dan New York bahkan sudah mengumumkan kondisi darurat corona.
Wabah virus corona yang telah sampai ke Negeri Paman Sam membuat bursa saham AS bergerak liar dalam dua pekan terakhir. Ketiga indeks utama bergerak naik turun dengan persentase yang tinggi. indeks S&P 500 dalam dua pekan terakhir sudah ambles 10,95%.
Setelah wabah virus corona, kini jebloknya harga minyak mentah menambah tekanan bagi Wall Street. Harga minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) pada hari ini anjlok lebih dari 30% setelah pada pekan lalu OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya gagal mencapai kesepakatan pemangkasan produksi.
Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam sebesar 1,5 juta barel per hari (bpd). OPEC akan menanggung 1 juta bpd sementara Rusia dkk diminta berkontribusi sebesar 500.000 bpd. Namun Rusia menolak usulan itu dan pertemuan OPEC+ tak menghasilkan kesepakatan apa-apa.
Arab Saudi secara mengejutkan justru mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10% di tengah kondisi seperti sekarang ini pada Sabtu (7/3). Hal ini seolah mengindikasikan Arab yang mulai menabuh genderang perang harga dengan Rusia.
Dampaknya, harga minyak langsung jatuh pada hari ini dan turut menyeret Wall Street.
"Minyak mentah menjadi masalah yang lebih besar bagi pasar dibandingkan virus corona. Hampir tidak mungkin bagi S&P 500 untuk bangkit secara berkelanjutan jika harga minyak Brent terus mengalami penurunan" kata Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir
Most Popular