
Pak Erick, Holding BUMN Asuransi Diprotes nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi senior dan pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menegaskan rencana penggabungan perusahaan asuransi BUMN di bawah Holding BUMN PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau Bahana sebagai induk dinilai kurang tepat.
Apalagi, kata Faisal, penggabungan asuransi BUMN ini di tengah rencana pemerintah menggodok skema penyelamatan asuransi pelat merah yang tengah 'sekarat' yakni PT Asuransi Jiwaraya (Persero).
"Saya sedih juga ada wacana asuransi pemerintah dimerger. Itu kayak Mandiri [Bank Mandiri] waktu itu digabung dari 4 perusahaan [bank] bobrok di Indonesia. Nah ini kalau asuransi logikanya gak bagus," kata Faisal di Jakarta, Jumat pekan lalu (6/3/2020).
"[Perusahaan] yang digabung harus baik sama baik [dimerger]. Kalau yang satu [perumpamaan] kena corona semua kena kan. Maka jangan dibebankan virus yang di Jiwasraya malah diambilalih BUMN asuransi yang bagus, yang sehat," kata ekonom senior Universitas Indonesia ini.
Faisal juga kembali menegaskan opsi terbaik bagi penanganan Jiwasraya ialah likuidasi. "Menurut saya lebih baik dimatikan. Iya Jiwasraya dimatikan. Mau diapain lagi," kata Faisal.
"Matikan dijual asetnya kemudian asetnya, yang sisa [aset] dialihkan ke satu semacam PPA [Perusahaan Pengelola Aset] supaya enggak menyebar ke mana mana. Disehatkan dulu kemudian di waktu yang tepat dijual kembali, keuntungannya ada, kerugiannya jadi yang paling minimum," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah tengah membentuk Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan dengan induk yakni Bahana yang didirikan sejak 17 April 1973. Saat ini BPUI memiliki 5 anak perusahaan yaitu PT Bahana Sekuritas, PT Bahana Artha Ventuta, PT. Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Kapital Investa dan PT Grahaniaga Tatautama.
Sebelumnya Kementerian BUMN juga memastikan Bahana akan menjadi induk dari Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan.
Pembentukan holding perusahaan BUMN ini ditargetkan akan rampung pada 2020 dan target Peraturan Pemerintah (PP) diharapkan selesai Februari lalu tapi hingga kini belum dirilis.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan saat ini proses pembentukan holding ini dalam tahap menyusun PP.
"[Induk holding] Bahana," kata Kartika di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Di bawah holding ini nantinya akan ada perusahaan-perusahaan seperti PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Jasa Raharja (Persero). Hanya saja Asuransi Jiwasraya yang tengah bermasalah tidak dimasukkan dalam anak holding.
Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet, usai mengikuti rapat Holding BUMN asuransi, mengatakan holding ini nantinya akan berisi empat asuransi pelat merah dengan Bahana sebagai induk. Saat ini seluruh lembaga yang nantinya akan berada di bawah holding perasuransian tengah mempersiapkan rencana anggaran kegiatan (RAK) dan persiapan lainnya.
"Kalau masalah holding memang sudah, kita dilibatkan untuk pembentukan Holding Perasuransian dan Penjaminan dan sudah proses ke RAK antarlembaga dan sebagainya," kata Budi di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Namun dia menyebutkan, Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan ini tak ada hubungannya dengan langkah penyelamatan Jiwasraya seperti yang ramai diberitakan sebelumnya.
"Enggak ada, cuma itu yang saya bilang [perusahaan-perusahaannya]," kata dia.
Sebelumnya diberitakan bahwa rencana mengebut pembentukan holding asuransi sebelumnya dikemukakan Menteri BUMN Erick Thohir di sela-sela peresmian implementasi program B30 di SPBU MT Haryono, Senin (23/12/2019).
Erick bahkan menyebut bahwa akan ada persetujuan dari Jokowi untuk pembentukan holding asuransi. Penggabungan perusahaan ini, diharapkan menjadi salah satu solusi menyelamatkan kasus Jiwasraya.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas) Next Article Demi Selamatkan Jiwasraya, Erick Kebut Holding BUMN Asuransi
