
Corona Benar-benar Seram, IHSG Sampai Terpuruk 3% Pagi Ini
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 March 2020 09:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar masih diliputi kengerian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan ini Senin (9/3) dibuka memerah di level 5.364,6 atau turun 2,44% dibanding periode perdagangan Jumat (6/3) pekan lalu. Satu menit perdagangan berlangsung, IHSG drop 3,3% ke level 5.316,87
Anjloknya IHSG masih kental rasanya dengan kekhawatiran akan wabah virus corona yang menjangkiti separuh negara di dunia. Corona, hanya satu kata yang membuat kocar-kacir seluruh dunia.
Virus yang sangat 'infectious' ini sudah menjangkiti lebih dari 100 negara sampai hari ini. Berdasarkan data kompilasi John Hopkins University CSSE, per hari ini sudah ada 109.965 kasus infeksi COVID-19 secara kumulatif. Jumlah pasien meninggal lebih dari 3.800 orang.
Corona yang masih jadi ancaman terbesar ekonomi global saat ini membuat bursa saham global dilanda kepanikan. Pagi ini, mayoritas indeks saham di kawasan benua kuning terbenam di zona merah, tak terkecuali IHSG.
Indeks Nikkei (Jepang) turun 4,43%, Kospi (Korea Selatan ) harus rela ambles 3,19%, Shang Hai Composite (China) anjlok 1,8%, Hang Seng (Hong Kong) melorot 3,87% dan Straits Times (Singapura) jatuh %. Bahkan indeks bursa saham Australia terkoreksi lebih dari 5% pagi ini.
Belum apa-apa tiga indeks utama bursa saham Paman Sam diindikasikan akan kembali bergerak di zona merah malam nanti. Hal ini tercermin dari indeks futures Dow Jones Industrial yang ambruk 4,18%, S&P 500 merosot 4,92% pada jam perdagangan di Asia.
Jumlah kasus infeksi virus corona di AS juga bertambah setiap harinya. Hingga pagi ini sudah ada 547 kasus infeksi COVID-19 di AS yang menewaskan 21 orang, paling banyak di King County (17 kematian). Kini Oregon menyandang status darurat menyusul California dkk.
Menambah volatilitas di pasar yang tinggi, pagi ini harga minyak mentah kontrak berjangka ditransaksikan anjlok dalam. Harga minyak Brent anjlok 10,26% ke level US$ 34,95/barel dan minyak acuan AS WTI turun 9,71% ke level 31,57/barel.
Harga minyak langsung ambles pada perdagangan awal pekan ini setelah OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ gagal mencapai kata sepakat untuk memangkas produksi minyak lebih besar sebagai respons untuk menstabilkan harga di pasar.
Virus corona yang merebak di berbagai negara membuat permintaan minyak ikut terdampak. Agensi Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak bisa turun lebih dari 800.000 barel per hari (bpd) pada 2020 dan menjadi yang terendah sejak 2011.
Gagalnya OPEC capai kata sepakat membuat Arab yang mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih besar 1,5 juta bpd mendiskon harga minyak ekspornya yang menjadi tanda dimulainya perang harga dengan Rusia.
Di tengah volatilitas yang tinggi, aset safe haven obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun diburu. Alhasil imbal hasil (yield) obligasi ini turun drastis akibat harga yang terangkat. Pada Jumat pekan lalu (6/3), posisi yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun berada di 0.7% dan hari ini 0,493%.
Riset terbaru S&P yang menunjukkan potensi kerugian dari dampak virus corona terhadap perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar, sementara potensi kehilangan pendapatan pada industri penerbangan mencapai US$ 113 miliar.
Di Indonesia, sudah ada enam orang yang positif terinfeksi virus corona. Sebanyak 5 orang berasal dari klaster dansa, sementara satu orang merupakan ABK dari kapal pesiar Diamond Princess. Kecemasan global juga turut dirasakan di Indonesia, jadi wajar IHSG kembali terbenam di zona pesakitan lagi awal pekan ini. Beberapa menit setelah pembukaan IHSG sudah terkoreksi 3,59%.
Dunia yang dilanda kecemasan kini berubah menjadi kepanikan. Dampak virus corona memang tak bisa disepelekan, bukan hanya dampak pada kesehatan saja tapi juga ekonomi dan pasar keuangan global. Corona oh corona, kau makin seram saja....
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Anjloknya IHSG masih kental rasanya dengan kekhawatiran akan wabah virus corona yang menjangkiti separuh negara di dunia. Corona, hanya satu kata yang membuat kocar-kacir seluruh dunia.
Virus yang sangat 'infectious' ini sudah menjangkiti lebih dari 100 negara sampai hari ini. Berdasarkan data kompilasi John Hopkins University CSSE, per hari ini sudah ada 109.965 kasus infeksi COVID-19 secara kumulatif. Jumlah pasien meninggal lebih dari 3.800 orang.
Corona yang masih jadi ancaman terbesar ekonomi global saat ini membuat bursa saham global dilanda kepanikan. Pagi ini, mayoritas indeks saham di kawasan benua kuning terbenam di zona merah, tak terkecuali IHSG.
Indeks Nikkei (Jepang) turun 4,43%, Kospi (Korea Selatan ) harus rela ambles 3,19%, Shang Hai Composite (China) anjlok 1,8%, Hang Seng (Hong Kong) melorot 3,87% dan Straits Times (Singapura) jatuh %. Bahkan indeks bursa saham Australia terkoreksi lebih dari 5% pagi ini.
Belum apa-apa tiga indeks utama bursa saham Paman Sam diindikasikan akan kembali bergerak di zona merah malam nanti. Hal ini tercermin dari indeks futures Dow Jones Industrial yang ambruk 4,18%, S&P 500 merosot 4,92% pada jam perdagangan di Asia.
Jumlah kasus infeksi virus corona di AS juga bertambah setiap harinya. Hingga pagi ini sudah ada 547 kasus infeksi COVID-19 di AS yang menewaskan 21 orang, paling banyak di King County (17 kematian). Kini Oregon menyandang status darurat menyusul California dkk.
Menambah volatilitas di pasar yang tinggi, pagi ini harga minyak mentah kontrak berjangka ditransaksikan anjlok dalam. Harga minyak Brent anjlok 10,26% ke level US$ 34,95/barel dan minyak acuan AS WTI turun 9,71% ke level 31,57/barel.
Harga minyak langsung ambles pada perdagangan awal pekan ini setelah OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ gagal mencapai kata sepakat untuk memangkas produksi minyak lebih besar sebagai respons untuk menstabilkan harga di pasar.
Virus corona yang merebak di berbagai negara membuat permintaan minyak ikut terdampak. Agensi Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak bisa turun lebih dari 800.000 barel per hari (bpd) pada 2020 dan menjadi yang terendah sejak 2011.
Gagalnya OPEC capai kata sepakat membuat Arab yang mengusulkan pemangkasan produksi minyak lebih besar 1,5 juta bpd mendiskon harga minyak ekspornya yang menjadi tanda dimulainya perang harga dengan Rusia.
Di tengah volatilitas yang tinggi, aset safe haven obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun diburu. Alhasil imbal hasil (yield) obligasi ini turun drastis akibat harga yang terangkat. Pada Jumat pekan lalu (6/3), posisi yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun berada di 0.7% dan hari ini 0,493%.
Riset terbaru S&P yang menunjukkan potensi kerugian dari dampak virus corona terhadap perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar, sementara potensi kehilangan pendapatan pada industri penerbangan mencapai US$ 113 miliar.
Di Indonesia, sudah ada enam orang yang positif terinfeksi virus corona. Sebanyak 5 orang berasal dari klaster dansa, sementara satu orang merupakan ABK dari kapal pesiar Diamond Princess. Kecemasan global juga turut dirasakan di Indonesia, jadi wajar IHSG kembali terbenam di zona pesakitan lagi awal pekan ini. Beberapa menit setelah pembukaan IHSG sudah terkoreksi 3,59%.
Dunia yang dilanda kecemasan kini berubah menjadi kepanikan. Dampak virus corona memang tak bisa disepelekan, bukan hanya dampak pada kesehatan saja tapi juga ekonomi dan pasar keuangan global. Corona oh corona, kau makin seram saja....
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular