
Waduh, Investor Masih 'Buang' Rupiah...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2020 12:16

Rupiah merana karena minimnya pasokan devisa baik dari perdagangan maupun sektor keuangan. Di sisi perdagangan, penerimaan devisa ekspor menurun seiring koreksi harga komoditas andalan Indonesia.
Secara year-to-date, harga minyak sawit mentah (CPO) acuan di Bursa Malaysia ambles hampir 20%. Sementara harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) turun 4,42%. Dua komoditas ini adalah andalan ekspor Indonesia.
Di pasar keuangan, investor asing membukukan jual bersih Rp 6,48 triliun sejak akhir 2019 di pasar saham. Dalam periode yang sama, kepemilikan asing di obligasi pemerintah berkurang Rp 31,83 triliun.
Investor di pasar keuangan memang bersikap menghindari risiko (risk off) akibat penyebaran virus corona yang semakin luas. Wajar saja, karena virus corona membuat pabrik-pabrik berhenti produksi, rantai pasok terputus, pariwisata lesu, sehingga prospek pertumbuhan ekonomi menjadi suram.
Dalam situasi seperti ini, investor tentu memilih bermain aman dengan mengoleksi aset-aset berstatus safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah AS. Secara year-to-date harga emas dunia di pasar spot meroket 10,34% karena tingginya permintaan.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun saat ini hanya 0,707%, terendah setidaknya sejak 1953. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena permintaan yang meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Secara year-to-date, harga minyak sawit mentah (CPO) acuan di Bursa Malaysia ambles hampir 20%. Sementara harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) turun 4,42%. Dua komoditas ini adalah andalan ekspor Indonesia.
![]() |
Di pasar keuangan, investor asing membukukan jual bersih Rp 6,48 triliun sejak akhir 2019 di pasar saham. Dalam periode yang sama, kepemilikan asing di obligasi pemerintah berkurang Rp 31,83 triliun.
Investor di pasar keuangan memang bersikap menghindari risiko (risk off) akibat penyebaran virus corona yang semakin luas. Wajar saja, karena virus corona membuat pabrik-pabrik berhenti produksi, rantai pasok terputus, pariwisata lesu, sehingga prospek pertumbuhan ekonomi menjadi suram.
Dalam situasi seperti ini, investor tentu memilih bermain aman dengan mengoleksi aset-aset berstatus safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah AS. Secara year-to-date harga emas dunia di pasar spot meroket 10,34% karena tingginya permintaan.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun saat ini hanya 0,707%, terendah setidaknya sejak 1953. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena permintaan yang meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular