
Aksi Jual di Berbagai Benua, IHSG Ambles 2% Lebih di Sesi I
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 March 2020 12:19

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ambles di perdagangan sesi I Jumat (6/3/2020) akibat memburuknya sentimen pelaku pasar merespon penyebaran wabah virus corona di Amerika Serikat (AS).
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung jeblok 1,11% di 5.575,566, kurang dari 30 menit bursa kebanggaan Tanah Air ini sudah merosot lebih dari 2%. Pada penutupan sesi I, IHSG berada di level 5.517,001 melemah 2,15%. Posisi tersebut sedikit lebih baik dari level terlemah hari ini 5.508,008.
Semua sektor di IHSG memerah pada hari ini, sektor industri dasar dan aneka industri memimpin pelemahan masing-masing sebesar 2,7%. Sementara sektor finansial dengan kapitalisasi pasar terbesar merosot 2,63%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di perdagangan sesi I sebesar 2,41 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih 243,11 miliar.
Penyebaran wabah virus corona yang meningkat di AS membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk, yang memicu aksi jual di bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing anjlok lebih dari 3%.
Wall Street merupakan kiblat bursa saham dunia, aksi jual yang terjadi di sana tentunya mengirim sinyal negatif ke bursa Asia hari ini. Bursa utama Asia berguguran hingga pertengahan perdagangan hari ini, dipimpin indeks Nikkei Jepang yang anjlok lebih dari 3%, kemudian Kospi Korea Selatan dan Hang Seng Hong Kong lebih dari 2%, sama dengan pelemahan IHSG.
Sementara Shanghai Composite masih lebih baik,m pelemahannya kurang dari 1%. Bursa Eropa juga tidak lepas dari aksi jual Kamis kemarin, dan berisiko masih di zona merah saat dibuka sore nanti.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE tercatat jumlah kasus sebanyak 233 orang. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.
Secara global, virus corona kini telah menjangkiti nyaris 100.000 orang, dengan 80.552 orang terjangkit di China. Dari total yang terjangkit tersebut, sebanyak 3.383 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 55.398 orang sudah pulih.
Risiko pelambatan ekonomi dari wabah tersebut membuat investor keluar dari aset-aset berisiko, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven). Yang paling terlihat adalah aliran modal ke obligasi AS (Treasury). Yield Treasury tenor 10 tahun terus mengalami penurunan hingga menyentuh level terendah sepanjang masa.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Ketika harga sedang naik, berarti permintaan terhadap Treasury sedang tinggi.
China sebagai pusat wabah corona diperkirakan akan mengalami pelambatan ekonomi yang signifikan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 hanya 3,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6% dan jadi yang terlemah setidaknya sejak 1992.
"Sulit untuk melihat optimisme pada kuartal II, jadi sepertinya situasi baru berangsur normal pada semester II. Jika Anda berada di kota yang dikarantina atau terpaksa diam di rumah karena karantina swadaya (self quarantine), maka Anda tidak bisa pergi ke bioskop atau makan di restoran. Aktivitas ekonomi sangat terpengaruh," kata Rob Carnell, Head of Asia-Pasific Research di ING, seperti dikutip dari Reuters.
Indonesia juga sudah pasti terkena imbasnya, tidak hanya China, negara-negara mitra dagang utama RI seperti AS, Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura juga terancam mengalami pelambatan ekonomi.
S&P Global mengestimasi kerugian ekonomi akibat virus corona ini bisa mencapai US$ 211 miliar dengan negara yang paling rentan terkena dampaknya adalah Australia, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Thailand.
Selain itu S&P Global juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 dari sebelumnya 5,7% menjadi 4,8%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dampak corona terhadap perekonomian akan lebih rumit daripada krisis 2008.
"Lebih rumit yang ini (ketimbang krisis 2008-2009) karena ini menyangkut manusia, harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia. Itu yang jauh lebih langsung. Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) paling," papar Sri Mulyani kala ditemui di komplek Istana Kepresidenan, kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir
Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung jeblok 1,11% di 5.575,566, kurang dari 30 menit bursa kebanggaan Tanah Air ini sudah merosot lebih dari 2%. Pada penutupan sesi I, IHSG berada di level 5.517,001 melemah 2,15%. Posisi tersebut sedikit lebih baik dari level terlemah hari ini 5.508,008.
Semua sektor di IHSG memerah pada hari ini, sektor industri dasar dan aneka industri memimpin pelemahan masing-masing sebesar 2,7%. Sementara sektor finansial dengan kapitalisasi pasar terbesar merosot 2,63%.
Penyebaran wabah virus corona yang meningkat di AS membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk, yang memicu aksi jual di bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing anjlok lebih dari 3%.
Wall Street merupakan kiblat bursa saham dunia, aksi jual yang terjadi di sana tentunya mengirim sinyal negatif ke bursa Asia hari ini. Bursa utama Asia berguguran hingga pertengahan perdagangan hari ini, dipimpin indeks Nikkei Jepang yang anjlok lebih dari 3%, kemudian Kospi Korea Selatan dan Hang Seng Hong Kong lebih dari 2%, sama dengan pelemahan IHSG.
Sementara Shanghai Composite masih lebih baik,m pelemahannya kurang dari 1%. Bursa Eropa juga tidak lepas dari aksi jual Kamis kemarin, dan berisiko masih di zona merah saat dibuka sore nanti.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE tercatat jumlah kasus sebanyak 233 orang. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.
Secara global, virus corona kini telah menjangkiti nyaris 100.000 orang, dengan 80.552 orang terjangkit di China. Dari total yang terjangkit tersebut, sebanyak 3.383 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 55.398 orang sudah pulih.
Risiko pelambatan ekonomi dari wabah tersebut membuat investor keluar dari aset-aset berisiko, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven). Yang paling terlihat adalah aliran modal ke obligasi AS (Treasury). Yield Treasury tenor 10 tahun terus mengalami penurunan hingga menyentuh level terendah sepanjang masa.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Ketika harga sedang naik, berarti permintaan terhadap Treasury sedang tinggi.
China sebagai pusat wabah corona diperkirakan akan mengalami pelambatan ekonomi yang signifikan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 hanya 3,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6% dan jadi yang terlemah setidaknya sejak 1992.
"Sulit untuk melihat optimisme pada kuartal II, jadi sepertinya situasi baru berangsur normal pada semester II. Jika Anda berada di kota yang dikarantina atau terpaksa diam di rumah karena karantina swadaya (self quarantine), maka Anda tidak bisa pergi ke bioskop atau makan di restoran. Aktivitas ekonomi sangat terpengaruh," kata Rob Carnell, Head of Asia-Pasific Research di ING, seperti dikutip dari Reuters.
Indonesia juga sudah pasti terkena imbasnya, tidak hanya China, negara-negara mitra dagang utama RI seperti AS, Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura juga terancam mengalami pelambatan ekonomi.
S&P Global mengestimasi kerugian ekonomi akibat virus corona ini bisa mencapai US$ 211 miliar dengan negara yang paling rentan terkena dampaknya adalah Australia, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Thailand.
Selain itu S&P Global juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 dari sebelumnya 5,7% menjadi 4,8%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dampak corona terhadap perekonomian akan lebih rumit daripada krisis 2008.
"Lebih rumit yang ini (ketimbang krisis 2008-2009) karena ini menyangkut manusia, harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia. Itu yang jauh lebih langsung. Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) paling," papar Sri Mulyani kala ditemui di komplek Istana Kepresidenan, kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir
Most Popular