Dihajar Profit Taking, IHSG Akhirnya KO Terkoreksi 0,21%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 March 2020 16:47
IHSG sebenarnya mengawali perdagangan hari ini dengan meyakinkan, menguat 0,68%. Penguatan bahkan semakin bertambah hingga 1,16% ke 5.715,941
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan Kamis (5/3/2020), setelah membukukan penguatan tajam 2 hari beruntun.

IHSG sebenarnya mengawali perdagangan hari ini dengan meyakinkan, menguat 0,68%. Penguatan bahkan semakin bertambah hingga 1,16% ke 5.715,941 yang menjadi level terkuat hari ini.

Sayangnya IHSG gagal melanjutkan kinerja impresif tersebut dan berbalik melemah 0,37% ke 5.629,426 di akhir perdagangan sesi I. Di perdagangan sesi II, kinerja IHSG sedikit membaik dan mengakhiri perdagangan di level 5.638,13 atau melemah 0,21%.

Pelemahan IHSG terjadi saat adanya banyak kabar bagus, serta bursa saham Asia yang menghijau. Hal tersebut mengindikasikan pelemahan rupiah terjadi akibat aksi ambil untung (profit taking).

Maklum saja, dalam dua hari terakhir IHSG melesat 5,32%, ditambah hari ini hingga level terkuatnya, total penguatan bursa saham kebanggan RI ini sebesar 6,48%.



Jika di sesi I hanya sektor agribisnis yang menguat, di sesi II 3 sektor lainnya mampu bangkit. Sektor aneka industri memimpin penguatan sebesar 1,03%, disusul sektor agribisnis 0,63%, kemudian sektor consumer dan infrastruktur masing-masing menguat 0,15% dan 0,01%. 5 sektor lainnya berada di zona merah, termasuk sektor finansial yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar, melemah 0,13%. 

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi pada hari ini Rp 7,04 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 297,7 miliar.

Kabar bagus yang pertama datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melonjak pada perdagangan Rabu kemarin. Indeks Dow Jones dan S&P 500 melesat lebih dari 4%, sementara Nasdaq menguat 3,85%.

Penguatan tajam Wall Street terjadi setelah Joe Biden, mantan Wakil Presiden AS, unggul dari Bernei Sanders dalam bursa pencalonan presiden Partai Demokrat. Sanders merupakan sosok yang kurang populer di mata pelaku pasar akibat beberapa rencana kebijakannya yang dinilai dapat merugikan.

"Investor takut dengan Bernie karena dia ingin memangkas kepala kapitalisme dengan menaikkan pajak terhadap kaum kaya secara signifikan dan menggunakan dananya untuk menyediakan segala hal gratis kepada semua orang," tutur Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Sebagai kiblat bursa saham, penguatan Wall Street tentunya mengirim hawa positif ke pasar Asia. Terbukti Bursa utama Asia menghijau hari ini.
Kemudian, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) akan mengucurkan bantuan senilai US$ 50 miliar (Rp 708 triliun) guna membantu negara-negara yang terdampak wabah virus corona.

Dalam wawancara bersama CNBC Internasional, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa dana tersebut akan segera tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan pasar berkembang.

Sebagian besar dana itu akan bebas bunga, dan untuk berpartisipasi, negara-negara yang akan mendapatkannya tidak perlu memiliki program yang sudah ada sebelumnya dengan IMF.



"Apa yang kami lakukan saat ini adalah meninjau negara demi negara apa kebutuhan keuangannya, dan terlibat dengan negara-negara ini untuk memastikan mereka mengetahui sumber daya ini dan kami dapat segera menanggapi mereka," kata Georgieva.

Menurut Georgieva, IMF ingin melihat kucuran uang tersebut digunakan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan dan kemudian untuk program stimulus fiskal yang ditargetkan dan untuk membantu likuiditas.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sudah terjangkit virus corona, meski sejauh ini belum ada penambahan jumlah kasus. Di awal pekan ini, 2 orang dilaporkan positif mengidap virus corona, angka tersebut belum bertambah hingga saat ini.

Sayangnya, kabar bagus dari Wall Street dan IMF tersebut hanya mengangkat IHSG di awal perdagangan, sebelum diterpa aksi profit taking hingga mengakhiri sesi I di zona merah.


[Gambas:Video CNBC]




TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Virus Corona & Keruntuhan Bursa Asia Bikin IHSG Drop 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular