
Tunggu Keputusan OPEC+, Harga Minyak Melesat 1% Lebih
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 March 2020 11:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan koleganya yang dikenal dengan sebutan OPEC+ akan menggelar pertemuan untuk mendiskusikan kebijakan produksi minyak mereka. Jelang perhelatan ini, harga minyak mentah kontrak melesat tajam.
Pada Kamis (5/3/2020), harga minyak mentah kontrak berjangka melesat lebih dari 1%. Brent naik 1,41% ke level 51.85/barel, dan WTI naik 1,26% ke level US$ 47,37/barel. Jika dibandingkan dengan awal tahun harga minyak telah anjlok lebih dari 20%.
Harga minyak anjlok semakin dalam pascajumlah kasus virus corona di China melonjak tajam pada 20 Januari lalu. Karantina puluhan kota di China dan pembatalan penerbangan dari dan ke China menyebabkan permintaan minyak terancam.
Agensi Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak bisa terpangkas lebih dari 400.000 barel per hari (bpd) pada kuartal pertama tahun ini akibat dari wabah virus tersebut. Lebih lanjut IEA meramal permintaan minyak di sepanjang 2020 akan terpangkas sebesar 365.000-825.000 bpd dan terendah sejak 2011.
Hal ini memicu OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi minyaknya lebih dalam demi menjaga stabilitas harga. Awal bulan kemarin penasihat OPEC+ merekomendasikan organisasi untuk menambah pemangkasan minyak sebesar 600.000 bpd untuk kuartal kedua ini.
Jika hal tersebut dilakukan maka total pemangkasan produksi minyak OPEC+ akan sebesar 2,3 juta bpd. Sebelumnya OPEC+ telah sepakat untuk memangkas produksi minyak sebanyak 1,7 juta bpd hingga Maret 2020.
Melihat virus corona kini telah menyebar ke lebih dari 60 negara dan menginfeksi lebih dari 95.000 orang, permintaan minyak jadi semakin terancam. Hari ini akan jadi penentuan apakah OPEC+ akan kembali menaikkan pemangkasan produksi minyaknya.
Para menteri anggota OPEC dijadwalkan akan menggelar konferensi hari ini di Vienna, Austria pukul 09.30 waktu setempat. Sementara besok, OPEC dan aliansinya akan bertemu untuk membahas isu yang saat ini tengah hangat diperbincangkan.
Reuters melaporkan, Arab Saudi menginginkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam 1 juta hingga 1,5 juta bpd mulai kuartal kedua dengan tetap mempertahankan kesepakatan volume pemangkasan produksi kuartal pertama.
Namun Rusia yang merupakan produsen minyak terbesar negara non-OPEC masih terus menerus mempertimbangkan gagasan ini. Diskusi tampaknya akan berjalan alot besok.
"Jika OPEC+ sepakat mengambil jalan tengah antara permintaan Rusia untuk tidak melakukan pemangkasan lebih lanjut dan tujuan Arab Saudi memangkas lebih dalam 1,5 juta (bpd), kemungkinan hal tersebut tak akan dapat menyokong harga minyak saat ini" kata Edward Moya, seorang analis senior di OANDA, melansir Reuters.
"OPEC+ harus mengirimkan pesan yang tegas pasar, pemangkasan di bawah 1 juta bpd hanya akan membuat harga turun lebih dalam" tambahnya.
Pada bulan Januari, OPEC+ berhasil mencapai target pemangkasan produksi minyak, bahkan melampaui. Pada Januari, total produksi minyak OPEC+ ditargetkan sebesar 41,4 juta bpd. Realitanya produksi minyak OPEC+ di bulan tersebut sebanyak 41,06 juta bpd.
Bagaimanapun juga pasar menaruh harapan besar ke OPEC+ untuk memangkas produksi minyak lebih dalam guna mendukung harga dan menghindari potensi oversupply.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Waduhh. Corona Kini Jadi 'Mimpi Buruk' Anggota OPEC
Pada Kamis (5/3/2020), harga minyak mentah kontrak berjangka melesat lebih dari 1%. Brent naik 1,41% ke level 51.85/barel, dan WTI naik 1,26% ke level US$ 47,37/barel. Jika dibandingkan dengan awal tahun harga minyak telah anjlok lebih dari 20%.
Harga minyak anjlok semakin dalam pascajumlah kasus virus corona di China melonjak tajam pada 20 Januari lalu. Karantina puluhan kota di China dan pembatalan penerbangan dari dan ke China menyebabkan permintaan minyak terancam.
Agensi Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak bisa terpangkas lebih dari 400.000 barel per hari (bpd) pada kuartal pertama tahun ini akibat dari wabah virus tersebut. Lebih lanjut IEA meramal permintaan minyak di sepanjang 2020 akan terpangkas sebesar 365.000-825.000 bpd dan terendah sejak 2011.
Hal ini memicu OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi minyaknya lebih dalam demi menjaga stabilitas harga. Awal bulan kemarin penasihat OPEC+ merekomendasikan organisasi untuk menambah pemangkasan minyak sebesar 600.000 bpd untuk kuartal kedua ini.
Jika hal tersebut dilakukan maka total pemangkasan produksi minyak OPEC+ akan sebesar 2,3 juta bpd. Sebelumnya OPEC+ telah sepakat untuk memangkas produksi minyak sebanyak 1,7 juta bpd hingga Maret 2020.
Melihat virus corona kini telah menyebar ke lebih dari 60 negara dan menginfeksi lebih dari 95.000 orang, permintaan minyak jadi semakin terancam. Hari ini akan jadi penentuan apakah OPEC+ akan kembali menaikkan pemangkasan produksi minyaknya.
Para menteri anggota OPEC dijadwalkan akan menggelar konferensi hari ini di Vienna, Austria pukul 09.30 waktu setempat. Sementara besok, OPEC dan aliansinya akan bertemu untuk membahas isu yang saat ini tengah hangat diperbincangkan.
Reuters melaporkan, Arab Saudi menginginkan pemangkasan produksi minyak lebih dalam 1 juta hingga 1,5 juta bpd mulai kuartal kedua dengan tetap mempertahankan kesepakatan volume pemangkasan produksi kuartal pertama.
Namun Rusia yang merupakan produsen minyak terbesar negara non-OPEC masih terus menerus mempertimbangkan gagasan ini. Diskusi tampaknya akan berjalan alot besok.
"Jika OPEC+ sepakat mengambil jalan tengah antara permintaan Rusia untuk tidak melakukan pemangkasan lebih lanjut dan tujuan Arab Saudi memangkas lebih dalam 1,5 juta (bpd), kemungkinan hal tersebut tak akan dapat menyokong harga minyak saat ini" kata Edward Moya, seorang analis senior di OANDA, melansir Reuters.
"OPEC+ harus mengirimkan pesan yang tegas pasar, pemangkasan di bawah 1 juta bpd hanya akan membuat harga turun lebih dalam" tambahnya.
Pada bulan Januari, OPEC+ berhasil mencapai target pemangkasan produksi minyak, bahkan melampaui. Pada Januari, total produksi minyak OPEC+ ditargetkan sebesar 41,4 juta bpd. Realitanya produksi minyak OPEC+ di bulan tersebut sebanyak 41,06 juta bpd.
Bagaimanapun juga pasar menaruh harapan besar ke OPEC+ untuk memangkas produksi minyak lebih dalam guna mendukung harga dan menghindari potensi oversupply.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Waduhh. Corona Kini Jadi 'Mimpi Buruk' Anggota OPEC
Most Popular