Gegara Kejutan The Fed, Euro Sentuh Level Tertinggi 2 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 March 2020 20:20
Hingga kemarin, mata uang 19 negara ini sudah menguat dalam 7 dari 9 hari terakhir dengan total kenaikan 3,55%.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro melesat hingga mencapai level tertinggi 2 bulan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (4/3/2020). Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga secara agresif dan lebih awal membuat dolar AS keok.

Euro mengakhiri perdagangan Selasa di level US$ 1,1171 menguat 0,35%, setelah di hari sebelumnya melesat nyaris 1%. Hingga kemarin, mata uang 19 negara ini sudah menguat dalam 7 dari 9 hari terakhir dengan total penguatan sebesar 3,55%.

Sementara pada hari ini, Rabu (4/3/2020), hingga pukul 19:28 WIB, euro melemah 0,36% ke US$ 1,1133 di pasar spot, melansir data Refniitiv. Kenaikan cukup tajam dalam beberapa hari terakhir tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat euro melemah.


Kemarin malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan darurat tersebut merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial terjadi. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona mendorong The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, bos The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap ekonomi AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.



Selain itu, pelaku pasar melihat The Fed belum akan berhenti memangkas suku bunga. Goldman Sachs memperkirakan akan ada pemangkasan lagi hingga total di tahun ini FFR dipangkas 100 bps menjadi 0,5%-0,75%. Emas akan kembali diuntungkan dengan adanya pemangkasan suku bunga tersebut.

Pelaku pasar kini masih menunggu apakah akan ada pelonggaran moneter lebih lanjut, mengingat The Fed akan mengadakan RDG dua pekan lagi. CNBC International mewartakan, para pelaku pasar memperkirakan pemangkasan dua kali lagi saat mengumumkan kebijakan moneter pada 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia).

Demikian juga dengan pelonggaran moneter lebih lanjut, bisa berupa program pembelian aset (quantitative easing/QE) di bulan April. Jika hal tersebut benar terjadi, kebijakan The Fed tersebut akan serupa dengan tahun 2008 ketika terjadi krisis finansial, dolar AS berisiko tertekan dan euro berpeluang terus menanjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular