Walau Rupiah 'Numero Uno' di Asia, BI Tetap Stay Alert!

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
04 March 2020 18:40
Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/3/2020).
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/3/2020).

Rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.250/US$ atau menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penguatan tersebut semakin tajam hingga 1,02% di Rp 14.130/US$, sebelum terpangkas di Rp 14.150/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Penguatan rupiah kembali terakselerasi selepas tengah hari, bahkan sempat menyentuh Rp 14.090/US$ atau menguat 1,3%. Di penutupan perdagangan, penguatan rupiah terpangkas ke Rp 14.110/US$ menguat 1,16% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Bank Indonesia (BI) secara khusus menyampaikan beberapa faktor terjadinya keperkasaan rupiah ini.

"Pemangkasan Fed Fund Rate [FFR] 50 bps meskipun menimbulkan aksi jual di pasar saham AS karena pasar menilai langkah The Fed tersebut belum cukup dengan narasi yang kurang tegas, namun di pasar Asia mendorong harga saham dan obligasi di pasar Asia," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Rabu (4/3/2020).

Menurut Nanang, hal ini dipicu mengalirnya kembali dana asing, termasuk ke Indonesia. Sejumlah investor asing termasuk Real Money Investor mulai kembali membeli Surat Utang Negara (SUN) Indonesia.

Dengan hal tersebut yield SUN turun signifikan. SUN seri FR 82 (benchmark 10 tahun) turun drastis dari 6,77% ke 6,54% dan terakhir closing di 6,45%.

"Sebagaimana kami sampaikan sebelumnya, pelepasan SUN sejak akhir pekan terakhir Januari 2020 pada saat mulai mewabahnya virus corona merupakan aksi untuk menyelamatkan aset (play to safety) oleh investor portofolio asing ke aset yang dianggap aman seperti US Treasury Bond, tanpa melihat tinggi nya imbal hasil," papar Nanang.

"Itu hal yang wajar pada saat kondisi pasar panik. Tetapi pada titik tertentu investor akan kembali ke perbedaan imbal hasil," katanya.

Apalagi bila bank sentral negara maju terus merespon dengan penurunan suku bunga dan menggelontorkan likuiditas seperti yang saat ini dilakukan ECB [Bank Sentral Eropa] dan BOJ [Bank Sentral Jepang] maka likuiditas global akan kembali berlimpah yang tentunya perlu diversifikasi portofolio.

"Aliran modal masuk ke SUN hari ini tentunya mendorong juga pasokan valas ke pasar sehingga Rupiah menguat."

"Bank Indonesia berada di pasar valas secara terukur terutama pada waktu-waktu di mana pasar mengalami mismatch pasokan dan permintaan valas."

"Sementara karena arus modal asing ke pasar SUN hari ini cukup besar maka BI tidak berada di pasar namun tetap stay alert dan siap merespons karena sentimen pasar dalam kondisi saat ini bisa berubah sangat cepat dalam hitungan jam."



[Gambas:Video CNBC]






(wed) Next Article Penampakan Kontainer dan Kardus Berisi Uang Baru 10 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular