
Sri Mulyani Komentari The Fed Pangkas Bunga Acuan 50 Bps
Lidya Julita Sembiring Kembaren, CNBC Indonesia
04 March 2020 13:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve memangkas suku bunga acuan secara sebesar 50 bps ke 1%-1,25%. Pemangkasan itu dilakukan sebagai respons terhadap penyebaran virus corona (SARS-CoV-2) yang mengganggu perekonomian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, penurunan suku bunga acuan memberikan dampak baik bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Di mana, ini akan memberikan dampak positif bagi masuknya aliran modal asing seperti ke Surat Berharga Negara (SBN).
"Insya Allah tentu dengan tekanan suku bunga menurun dari luar maka capital yang ada menjadi lebih mampu melihat secara lebih realistis opportunity yang ada di negara seperti kita," ujar Sri Mulyani di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Menurut dia, investor, terutama global, melihat Indonesia masih menarik sebagai tempat untuk menyimpan dana. Hal itu terlihat dari imbal hasil (yield) SBN bertenor sepuluh tahun mencapai 7,156%, sementara bertenor lima tahun mencapai 6,243% dan tenor tiga tahun sebesar 5,616%.
Sementara yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury bertenor sepuluh tahun hanya 1,02%, terus menurun dibandingkan sebelumnya yang sebesar 1,10%.
"Karena Indonesia relatif dalam situasi yang lebih positif," kata Sri Mulyani.
Dari sisi moneter, Ia menjelaskan sudah banyak bank sentral di dunia yang sudah menurunkan suku bunga acuan, termasuk Indonesia. Pada bulan lalu, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75%.
"Kalau secara global tentu baik kalau sekarang bank-bank sentral di seluruh dunia melakukan langkah menurunkan suku bunga. BI juga melakukan relaksasi," ujar Sri Mulyani.
Kemudian, dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah telah memberikan stimulus berupa insentif kepada berbagai sektor, terutama yang terdampak langsung dari penyebaran virus corona. Diantaranya, ke sektor konsumsi dan pariwisata.
"Dari sisi fiskal kita bisa jauh lebih fleksibel. Kita bisa langsung memberikan ke konsumen seperti waktu kita berikan sembako. Kita bisa berikan konsumen diskon untuk trip, dan ke konsumen ke jalur lain yang kita sedang pelajari mana yang lebih efektif," jelasnya.
(miq/miq) Next Article Stimulus Baru The Fed, Bakal Beli Obligasi Korporasi Individu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, penurunan suku bunga acuan memberikan dampak baik bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Di mana, ini akan memberikan dampak positif bagi masuknya aliran modal asing seperti ke Surat Berharga Negara (SBN).
"Insya Allah tentu dengan tekanan suku bunga menurun dari luar maka capital yang ada menjadi lebih mampu melihat secara lebih realistis opportunity yang ada di negara seperti kita," ujar Sri Mulyani di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Sementara yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury bertenor sepuluh tahun hanya 1,02%, terus menurun dibandingkan sebelumnya yang sebesar 1,10%.
"Karena Indonesia relatif dalam situasi yang lebih positif," kata Sri Mulyani.
Dari sisi moneter, Ia menjelaskan sudah banyak bank sentral di dunia yang sudah menurunkan suku bunga acuan, termasuk Indonesia. Pada bulan lalu, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75%.
"Kalau secara global tentu baik kalau sekarang bank-bank sentral di seluruh dunia melakukan langkah menurunkan suku bunga. BI juga melakukan relaksasi," ujar Sri Mulyani.
Kemudian, dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah telah memberikan stimulus berupa insentif kepada berbagai sektor, terutama yang terdampak langsung dari penyebaran virus corona. Diantaranya, ke sektor konsumsi dan pariwisata.
"Dari sisi fiskal kita bisa jauh lebih fleksibel. Kita bisa langsung memberikan ke konsumen seperti waktu kita berikan sembako. Kita bisa berikan konsumen diskon untuk trip, dan ke konsumen ke jalur lain yang kita sedang pelajari mana yang lebih efektif," jelasnya.
(miq/miq) Next Article Stimulus Baru The Fed, Bakal Beli Obligasi Korporasi Individu
Most Popular