Melesat 1% Lebih, Rupiah Masih Sanggup Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 March 2020 13:12
Melesat 1% Lebih, Rupiah Masih Sanggup Menguat?
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/3/2020).

Rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.250/US$ atau menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penguatan tersebut semakin tajam hingga 1,02% di Rp 14.130/US$, sebelum terpangkas di Rp 14.150/US$ pada pukul 12:00 WIB. 

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga acuannya membuat rupiah perkasa pada hari ini.

Kemarin malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang agresif tersebut merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial terjadi. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.



Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubab secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pemangkasan tersebut membuat dolar AS terpukul. Selain itu muncul harapan langkah The Fed tersebut mampu meminimalisir dampak negatif wabah virus corona ke perekonomian. Dampaknya sentimen pelaku pasar membaik dan kembali masuk ke aset-aset berimbal hasil tinggi seperti rupiah.

Pemangkasan suku bunga The Fed dilakukan sehari setelah Bank Indonesia (BI) juga mengejutkan pelaku pasar dengan menggelontorkan stimulus moneter yang juga membuat rupiah perkasa.

Senin lalu, setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG), Gubernur BI Perry Warjiyo mengeluarkan lima kebijakan.

Pertama adalah meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan baik di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF), dan obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) guna menstabilkan nilai tukar rupiah.

Kedua adalah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan US$ 3,2 miliar.

Ketiga, BI juga menurunkan GWM rupiah sebesar 50 basis poin (bps) khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor, berlaku mulai 1 April selama sembilan bulan. BI menilai eksportir dan importir memang kesulitan setelah merebaknya virus corona.

Keempat, BI memperluas jenis dan cakupan underlying investor asing di dalam melakukan lindung nilai, termasuk kalau mau masuk ke pasar DNDF. Memang kalau ingin mengakses DNDF, partisipan harus punya underlying yang jelas seperti kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.

Langkah kelima, adalah investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Jadi tidak hanya bank asing, bank lokal juga sudah mampu menyediakan jasa kustodi.



Pascapengumuman tersebut, rupiah yang sebelumnya melemah 0,52% di Rp 14.415/US$ langsung berbalik arah, mengakhiri perdagangan di level Rp 14.260/US$ atau menguat 0,56%. Selasa kemarin, rupiah menguat di awal perdagangan, sebelum terkoreksi di penutupan. Penguatan rupiah akhirnya kembali berlanjut pada hari ini.

[Gambas:Video CNBC]




Secara teknikal, di bulan Januari rupiah sempat menguat lebih dari 2% setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle di Rp 13.885/US$.Pada pekan lalu, rupiah kembali ke atas level tersebut, itu artinya tren penguatan rupiah akibat pola Descending Triangle (garis biru) sudah berakhir. 

Performa rupiah langsung jeblok setelahnya hingga menyentuh level Rp 14.415/US$ Senin lalu. Level tersebut bisa jadi kunci pergerakan rupiah ke depannya. 

Sudah Melesat Lebih Dari 1%, Rupiah Masih Sanggup Menguat? Foto: Refinitiv


Menggunakan indikator Fibonacci Retracement (garis merah), dengan menarik garis dari 11 Oktober 2019 di Rp 15.265/US$ hingga 24 Januari 2020 Rp 13.565/US$, level Rp 14.415/US$ merupakan retracement 50% dan menjadi resisten (tahanan atas) yang kuat.

Pada hari ini, rupiah sudah menembus ke bawah retracement 38,2% di kisaran Rp 14.210/US$. Jika hingga penutupan perdagangan nanti berakhir di bawah level tersebut, rupiah berpotensi terus menguat menuju Rp 13.885/US$. 

Jika kembali ke atas Rp 14.210/US$, penguatan rupiah berisiko terus terpangkas. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular