
The Fed Bikin Kejutan, Harga Emas Hari Ini Menuju Rekor Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 March 2020 10:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini harga emas global bergerak naik setelah kemarin ditutup menguat signifikan kemarin ketika bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserves/The Fed secara tiba-tiba memangkas suku bunga acuan.
Pada perdagangan Rabu (4/3/2020), harga emas dunia di pasar spot masih melanjutkan penguatan dengan apresiasi 0,29% ke level US$ 1.644,25/troy ons. Kemarin harga emas spot melesat 3% dalam sehari merespons pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS.
Pasar keuangan dikejutkan oleh langkah The Fed yang memangkas suku bunga The Federal Fund Rates secara tiba-tiba. Tak tanggung-tanggung, Federal Fund Rates dipangkas sampai 50 bps.
Jarang sekali The Fed memangkas suku bunga seagresif ini, kecuali pada 2008 lalu saat terjadi krisis ekonomi di AS akibat krisis subprime mortgage.
The Fed memang membuat kejutan karena mengumumkan kebijakan moneter jauh-jauh hari sebelum yang sudah dijadwalkan. The Fed dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneternya pada pertengahan Maret nanti.
Sebenarnya secara substansi pelonggaran kebijakan moneter The Fed ini sudah diantisipasi oleh pasar. Hal ini tercermin dari probabilitas The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke 1% - 1,25% yang berada di angka 100% berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group.
Ekonom bank investasi global yakni Goldman Sachs juga telah memperkirakan The Fed akan memotong suku bunga acuan 50 bps ke 1% - 1,25% di bulan ini seperti yang diwartakan CNBC International.
Penyebab pemangkasan Federal Fund Rates ini tak lain dan tak bukan adalah untuk meredam dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus corona yang sudah dua bulan ini menginfeksi dunia.
"Fundamental ekonomi AS tetap kuat. Namun virus corona menciptakan risiko bagi aktivitas ekonomi. Adanya risiko ini disertai dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang maksimal serta menjaga stabilitas harga, Federal Open Market Committee memutuskan untuk menurunkan Federal Fund Rates sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1% - 1,2%" sebut keterangan tertulis The Fed.
Virus corona yang awalnya menjadi wabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah kini telah menginfeksi lebih dari 90.000 orang di lebih dari 60 negara. China sebagai episentrumnya harus menanggung kerugian besar karena aktivitas sektor manufakturnya terganggu.
Sektor manufaktur China mengalami kontraksi pada bulan kemarin. Hal ini tercermin dari anjloknya angka Purchasing Manager’s Index (PMI) bulan Februari. Angka PMI manufaktur China versi biro statistik nasional China pada Februari 2020 berada di 35,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi pada sektor tersebut.
Virus corona yang kini juga tengah menjangkiti negara selain China juga turut menyebabkan aktivitas sektor manufaktur di sejumlah negara tertekan.
Singapura juga mengalami kontraksi pada sektor manufakturnya dengan angka PMI manufaktur bulan Februari berada di angka 47. Turun dari bulan sebelumnya yang berada di 51,4 dan menjadi yang terendah sepanjang sejarah. Maklum Singapura juga menjadi negara yang terinfeksi virus corona.
Ada lagi PMI manufaktur Jepang yang pada Februari adalah 47,8. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 48,8 dan menyentuh titik terendah sejak Mei 2016. Jepang juga merupakan negara dengan jumlah infeksi corona terbanyak ke lima dengan 293 kasus.
Virus corona yang kembali membangkitkan ketakutan akan resesi global menjadi alasan mengapa bank sentral negeri adidaya itu melonggarkan kebijakan moneternya. Namun pemangkasan suku bunga oleh The Fed diperkirakan belum akan berakhir.
Goldman Sachs meramal The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi dengan total pemangkasan 100 bps sehingga Federal Fund Rates akan berada di level 0,5% - 0,75% di tahun ini.
Rendahnya suku bunga terutama di AS membuat memegang instrument investasi tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih dilirik. Karena biaya yang ditanggung alias opportunity cost memilih aset ini menjadi lebih rendah. Walau tak selalu demikian, tetapi kemarin harga emas langsung melesat tajam hingga 3%, kala The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga.
Bagaimanapun juga emas merupakan aset safe haven yang diburu saat kondisi ekonomi sedang tidak kondusif. Baru saja perang dagang AS-China mereda di awal tahun, kini perekonomian global kembali harus diliputi oleh awan mendung akibat wabah virus corona. Di saat seperti ini lah emas diburu dan konsekuensinya adalah harganya jadi naik, seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Bank Sentral Gelontorkan Stimulus, Harga Emas Kembali Melesat
Pada perdagangan Rabu (4/3/2020), harga emas dunia di pasar spot masih melanjutkan penguatan dengan apresiasi 0,29% ke level US$ 1.644,25/troy ons. Kemarin harga emas spot melesat 3% dalam sehari merespons pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS.
Pasar keuangan dikejutkan oleh langkah The Fed yang memangkas suku bunga The Federal Fund Rates secara tiba-tiba. Tak tanggung-tanggung, Federal Fund Rates dipangkas sampai 50 bps.
Jarang sekali The Fed memangkas suku bunga seagresif ini, kecuali pada 2008 lalu saat terjadi krisis ekonomi di AS akibat krisis subprime mortgage.
The Fed memang membuat kejutan karena mengumumkan kebijakan moneter jauh-jauh hari sebelum yang sudah dijadwalkan. The Fed dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneternya pada pertengahan Maret nanti.
Sebenarnya secara substansi pelonggaran kebijakan moneter The Fed ini sudah diantisipasi oleh pasar. Hal ini tercermin dari probabilitas The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke 1% - 1,25% yang berada di angka 100% berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group.
Ekonom bank investasi global yakni Goldman Sachs juga telah memperkirakan The Fed akan memotong suku bunga acuan 50 bps ke 1% - 1,25% di bulan ini seperti yang diwartakan CNBC International.
Penyebab pemangkasan Federal Fund Rates ini tak lain dan tak bukan adalah untuk meredam dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus corona yang sudah dua bulan ini menginfeksi dunia.
"Fundamental ekonomi AS tetap kuat. Namun virus corona menciptakan risiko bagi aktivitas ekonomi. Adanya risiko ini disertai dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang maksimal serta menjaga stabilitas harga, Federal Open Market Committee memutuskan untuk menurunkan Federal Fund Rates sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1% - 1,2%" sebut keterangan tertulis The Fed.
Virus corona yang awalnya menjadi wabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah kini telah menginfeksi lebih dari 90.000 orang di lebih dari 60 negara. China sebagai episentrumnya harus menanggung kerugian besar karena aktivitas sektor manufakturnya terganggu.
Sektor manufaktur China mengalami kontraksi pada bulan kemarin. Hal ini tercermin dari anjloknya angka Purchasing Manager’s Index (PMI) bulan Februari. Angka PMI manufaktur China versi biro statistik nasional China pada Februari 2020 berada di 35,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi pada sektor tersebut.
Virus corona yang kini juga tengah menjangkiti negara selain China juga turut menyebabkan aktivitas sektor manufaktur di sejumlah negara tertekan.
Singapura juga mengalami kontraksi pada sektor manufakturnya dengan angka PMI manufaktur bulan Februari berada di angka 47. Turun dari bulan sebelumnya yang berada di 51,4 dan menjadi yang terendah sepanjang sejarah. Maklum Singapura juga menjadi negara yang terinfeksi virus corona.
Ada lagi PMI manufaktur Jepang yang pada Februari adalah 47,8. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 48,8 dan menyentuh titik terendah sejak Mei 2016. Jepang juga merupakan negara dengan jumlah infeksi corona terbanyak ke lima dengan 293 kasus.
Virus corona yang kembali membangkitkan ketakutan akan resesi global menjadi alasan mengapa bank sentral negeri adidaya itu melonggarkan kebijakan moneternya. Namun pemangkasan suku bunga oleh The Fed diperkirakan belum akan berakhir.
Goldman Sachs meramal The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi dengan total pemangkasan 100 bps sehingga Federal Fund Rates akan berada di level 0,5% - 0,75% di tahun ini.
Rendahnya suku bunga terutama di AS membuat memegang instrument investasi tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih dilirik. Karena biaya yang ditanggung alias opportunity cost memilih aset ini menjadi lebih rendah. Walau tak selalu demikian, tetapi kemarin harga emas langsung melesat tajam hingga 3%, kala The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga.
Bagaimanapun juga emas merupakan aset safe haven yang diburu saat kondisi ekonomi sedang tidak kondusif. Baru saja perang dagang AS-China mereda di awal tahun, kini perekonomian global kembali harus diliputi oleh awan mendung akibat wabah virus corona. Di saat seperti ini lah emas diburu dan konsekuensinya adalah harganya jadi naik, seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Bank Sentral Gelontorkan Stimulus, Harga Emas Kembali Melesat
Most Popular