
Rupiah Kemarin Juara & Hari Ini Terburuk di Asia, Kok Bisa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 March 2020 14:22

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/3/2020), bahkan menjadi yang terburuk dibandingkan mata uang utama Asia lainnya. Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan Rabu kemarin saat rupiah menjadi yang terbaik.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.110/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah hingga melemah 0,46% di Rp 14.175/US$. Posisi tersebut sedikit membaik, rupiah berada di level Rp 14.170/US$ atau melemah 0,43% pada pukul 12:38 WIB. Tetapi persentase pelemahan rupiah tersebut masih lebih besar dari baht Thailand yakni 0,38% dan menduduki posisi terburuk kedua setelah rupiah.
Kemarin rupiah mampu menguat lebih dari 1%, sementara mata uang utama Asia lainnya penguatan tidak terlalu besar melawan dolar AS.
Penguatan rupiah tersebut terjadi akibat aliran modal ke dalam negeri setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve/The Fed mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga secara agresif, sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%.
"Pemangkasan Fed Fund Rate [FFR] 50 bps meskipun menimbulkan aksi jual di pasar saham AS karena pasar menilai langkah The Fed tersebut belum cukup dengan narasi yang kurang tegas, namun di pasar Asia mendorong harga saham dan obligasi di pasar Asia," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Rabu (4/3/2020).
Kembali melemahnya rupiah menunjukkan belum teguhnya sentimen pelaku pasar untuk kembali masuk ke aset-aset dengan imbal hasil tinggi, akibat wabah virus corona yang belum jelas sampai kapan akan terjadi. Penguatan tajam kemarin, tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah menjadi yang terburuk di Asia hari ini.
Selain itu, data-data ekonomi AS dirilis apik Rabu malam kemarin, membuat dolar AS cukup perkasa. Automatic Data Processing Inc. melaporkan sepanjang bulan Februari sektor swasta AS menyerap tenaga kerja sebanyak 183.000 orang, meski menurun dari bulan sebelumnya 209.000 orang tetapi masih lebih banyak dari prediksi pasar 170.000 orang.
Sementara itu sektor non-manufaktur AS menambah laju ekspansinya. Purchasing managers' indeks (PMI) sektor non-manufaktur AS dilaporkan sebesar 57,3 di bulan Februari, naik dari bulan sebelumnya 55,5 sekaligus mematahkan prediksi penurunan menjadi 54,9.
Rilis data tersebut menguatkan pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan ekonomi AS masih cukup kuat saat memangkas suku bunga Selasa lalu. Pemangkasan tersebut ditujukan akan dapat melindungi perekonomian dari risiko pelambatan.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.110/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah hingga melemah 0,46% di Rp 14.175/US$. Posisi tersebut sedikit membaik, rupiah berada di level Rp 14.170/US$ atau melemah 0,43% pada pukul 12:38 WIB. Tetapi persentase pelemahan rupiah tersebut masih lebih besar dari baht Thailand yakni 0,38% dan menduduki posisi terburuk kedua setelah rupiah.
Kemarin rupiah mampu menguat lebih dari 1%, sementara mata uang utama Asia lainnya penguatan tidak terlalu besar melawan dolar AS.
"Pemangkasan Fed Fund Rate [FFR] 50 bps meskipun menimbulkan aksi jual di pasar saham AS karena pasar menilai langkah The Fed tersebut belum cukup dengan narasi yang kurang tegas, namun di pasar Asia mendorong harga saham dan obligasi di pasar Asia," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Rabu (4/3/2020).
Kembali melemahnya rupiah menunjukkan belum teguhnya sentimen pelaku pasar untuk kembali masuk ke aset-aset dengan imbal hasil tinggi, akibat wabah virus corona yang belum jelas sampai kapan akan terjadi. Penguatan tajam kemarin, tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah menjadi yang terburuk di Asia hari ini.
Selain itu, data-data ekonomi AS dirilis apik Rabu malam kemarin, membuat dolar AS cukup perkasa. Automatic Data Processing Inc. melaporkan sepanjang bulan Februari sektor swasta AS menyerap tenaga kerja sebanyak 183.000 orang, meski menurun dari bulan sebelumnya 209.000 orang tetapi masih lebih banyak dari prediksi pasar 170.000 orang.
Sementara itu sektor non-manufaktur AS menambah laju ekspansinya. Purchasing managers' indeks (PMI) sektor non-manufaktur AS dilaporkan sebesar 57,3 di bulan Februari, naik dari bulan sebelumnya 55,5 sekaligus mematahkan prediksi penurunan menjadi 54,9.
Rilis data tersebut menguatkan pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan ekonomi AS masih cukup kuat saat memangkas suku bunga Selasa lalu. Pemangkasan tersebut ditujukan akan dapat melindungi perekonomian dari risiko pelambatan.
Next Page
Analis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular