
Benarkah Saham-saham Blue Chip Sedang Murah?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 March 2020 07:14

Emiten Perbankan
Untuk emiten-emiten perbankan jika menggunakan harga penutupan kemarin dengan target harga yang dipasang analis maka return potensial yang mungkin dihasilkan berada di rentang 5% - 32%.
Untuk saham BBCA mayoritas analis merekomendasikan untuk hold mengingat saat ini harga saham BBCA sudah ditransaksikan pada harga wajarnya (fair value).
Sebenarnya BBCA merupakan emiten yang leading di industrinya, ketike emiten perbankan blue chip lain hanya mampu membukukan pertumbuhan laba bersih single digit, BBCA mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,5% di tahun 2019.
Selain itu BCA juga unggul dalam hal likuiditas didukung dengan dana murah (CASA) yang besar hingga 75% dari total DPK. Oleh karena itu wajar saja jika pasar mengganjarnya dengan harga yang sedikit lebih premium, mengingat kinerjanya yang ciamik.
Sementara untuk ketiga emiten perbankan lain merupakan emiten bank pelat merah yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mendapatkan rating buy dari para analis.
Emiten Sektor Consumers
Untuk sektor konsumen ada tiga emiten yang menjadi saham blue chip yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sejak melakukan stock split, harga saham UNVR cenderung mengalami tren koreksi. Namun berdasarkan berdasarkan valuasi yang dilakukan oleh analis, maka target harga saham untuk UNVR berdasarkan nilai intrinsiknya sebesar Rp 8.650/lembar. Atinya ada potensial kenaikan sebesar 25%.
Harga saham HMSP juga anjlok drastis sejak tahun lalu setelah pemerintah melalui Kementerian Keuangan menetapkan kenaikan cukai rokok hingga lebih dari 20%. Harga saham HMSP pun belum bisa dikatakan pulih.
Namun jika mengacu pada nilai valuasi sahamnya maka target harga dipatok di Rp 2.198/lembar atau ada potensi kenaikan sebesar 31%. Untuk emiten terakhir yaitu ICBP yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk milik Salim Group ada potensi kenaikan sebesar 22%.
Saham Big Cap Lainnya
Untuk saham big cap lainnya yang nilai kapitalisasi pasarnya masuk top 10 terbesar di Indonesia adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dari sektor telekomunikasi, PT Astra International Tbk (ASII) dari sektor aneka industri dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dari industri dasar.
Dari ketiga emiten tersebut mayoritas analis merekomendasikan buy untuk TLKM dan ASII dengan potensi returnnya masing-masing sebesar 34% dan 35%. Sementara untuk emiten TPIA mayoritas analis merekomendasikan untuk sell karena harga saham di pasar ditransaksikan secara premium dibanding nilai intrinsiknya.
Jadi kesimpulannya jika mengacu pada nilai intrinsiknya, maka saham-saham blue chip ada yang sedang diskon alias murah, ada yang sudah di transaksikan pada nilai wajarnya, ada juga yang sudah tergolong premium.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
Untuk emiten-emiten perbankan jika menggunakan harga penutupan kemarin dengan target harga yang dipasang analis maka return potensial yang mungkin dihasilkan berada di rentang 5% - 32%.
Untuk saham BBCA mayoritas analis merekomendasikan untuk hold mengingat saat ini harga saham BBCA sudah ditransaksikan pada harga wajarnya (fair value).
Selain itu BCA juga unggul dalam hal likuiditas didukung dengan dana murah (CASA) yang besar hingga 75% dari total DPK. Oleh karena itu wajar saja jika pasar mengganjarnya dengan harga yang sedikit lebih premium, mengingat kinerjanya yang ciamik.
Sementara untuk ketiga emiten perbankan lain merupakan emiten bank pelat merah yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mendapatkan rating buy dari para analis.
Emiten Sektor Consumers
Untuk sektor konsumen ada tiga emiten yang menjadi saham blue chip yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sejak melakukan stock split, harga saham UNVR cenderung mengalami tren koreksi. Namun berdasarkan berdasarkan valuasi yang dilakukan oleh analis, maka target harga saham untuk UNVR berdasarkan nilai intrinsiknya sebesar Rp 8.650/lembar. Atinya ada potensial kenaikan sebesar 25%.
Harga saham HMSP juga anjlok drastis sejak tahun lalu setelah pemerintah melalui Kementerian Keuangan menetapkan kenaikan cukai rokok hingga lebih dari 20%. Harga saham HMSP pun belum bisa dikatakan pulih.
Namun jika mengacu pada nilai valuasi sahamnya maka target harga dipatok di Rp 2.198/lembar atau ada potensi kenaikan sebesar 31%. Untuk emiten terakhir yaitu ICBP yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk milik Salim Group ada potensi kenaikan sebesar 22%.
Saham Big Cap Lainnya
Untuk saham big cap lainnya yang nilai kapitalisasi pasarnya masuk top 10 terbesar di Indonesia adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dari sektor telekomunikasi, PT Astra International Tbk (ASII) dari sektor aneka industri dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dari industri dasar.
Dari ketiga emiten tersebut mayoritas analis merekomendasikan buy untuk TLKM dan ASII dengan potensi returnnya masing-masing sebesar 34% dan 35%. Sementara untuk emiten TPIA mayoritas analis merekomendasikan untuk sell karena harga saham di pasar ditransaksikan secara premium dibanding nilai intrinsiknya.
Jadi kesimpulannya jika mengacu pada nilai intrinsiknya, maka saham-saham blue chip ada yang sedang diskon alias murah, ada yang sudah di transaksikan pada nilai wajarnya, ada juga yang sudah tergolong premium.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular