
'Obat Kuat' dari BI dan The Fed Bikin Rupiah Jadi Juara Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 March 2020 08:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Penguatan rupiah ditopang oleh faktor domestik dan eksternal.
Pada Selasa (3/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.190 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,49% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.
Dari dalam negeri, setidaknya ada dua faktor yang menjadi 'doping' buat rupiah. Pertama, rupiah menyimpan potensi technical rebound karena depresiasi sudah sangat dalam.
Kemarin, rupiah memang menguat 0,56% terhadap dolar AS. Namun dalam sebulan terakhir, mata uang Tanah Air sudah terkoreksi 3,78%. Secara year-to-date, pelemahan rupiah juga masih 2,74%.
Jadi, rupiah sekarang sudah 'murah'. Ini akan membuat investor kembali tertarik oleh mengoleksinya.
Kedua, sepertinya euforia stimulus dari Bank Indonesia (BI) masih terasa. Kemarin, Gubernur Perry Warjiyo mengumumkan lima kebijakan terbaru untuk merespons kondisi perekonomian terkini, yang terdampak penyebaran virus corona.
Salah satunya adalah BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sebesar US$ 3,2 miliar.
"Kami harapkan ini akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas," kata Perry.
Pada Selasa (3/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.190 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,49% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.
Dari dalam negeri, setidaknya ada dua faktor yang menjadi 'doping' buat rupiah. Pertama, rupiah menyimpan potensi technical rebound karena depresiasi sudah sangat dalam.
Jadi, rupiah sekarang sudah 'murah'. Ini akan membuat investor kembali tertarik oleh mengoleksinya.
Kedua, sepertinya euforia stimulus dari Bank Indonesia (BI) masih terasa. Kemarin, Gubernur Perry Warjiyo mengumumkan lima kebijakan terbaru untuk merespons kondisi perekonomian terkini, yang terdampak penyebaran virus corona.
Salah satunya adalah BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) valas dari 8% terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi 4% DPK, berlaku mulai 16 Maret. Penurunan ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sebesar US$ 3,2 miliar.
"Kami harapkan ini akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas," kata Perry.
Next Page
Dolar AS Lesu Darah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular