
Indonesia Positif Kasus Corona, IHSG Anjlok 1% di Sesi I
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2020 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1% di perdagangan sesi I Senin (2/3/2020) setelah adanya laporan 2 orang warga di Indonesia positif mengidap virus corona.
Presiden Joko Widodo mengungkap, dua orang yang positif corona tersebut merupakan ibu dan anak, masing-masing berusia 64 tahun dan 31 tahun.
"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," kata Jokowi tanpa menjelaskan lebih detil, Senin (2/3/2020).
Jokowi mengungkapkan hal tersebut beberapa menit sebelum penutupan perdagangan sesi I, dampaknya IHSG langsung merosot ke zona merah, dan menutup perdagangan sesi I di 5.397,311, melemah 1,02%. Padahal di awal perdagangan, IHSG sempat menguat 0,7% di 5.491,135.
Nilai transaksi di perdagangan sesi I sebesar Rp 2,2 triliun, dengan investor asing melakukan jual bersih Rp 40,21 miliar.
Dari 9 sektor di IHSG, 4 sektor membukukan penguatan di sesi I. Sektor aneka industri memimpin penguatan sebesar 1,79%, disusul manufaktur, infrastruktur, dan industri dasar yang menguat 0,19%, 0,14% dan 0,12%.
Sementara itu 5 sektor lainnya masuk ke zona merah, dengan sektor finansial memimpin penurunan sebesar 2,44%.
Masuknya wabah virus corona ke RI tentunya memberikan pukulan telak bagi pasar fiansial dalam negeri. Sepanjang pelan lalu, IHSG mengalami aksi jual akibat penyebaran virus corona yang cepat di luar China.
Lonjakan kasus virus corona terjadi di Korea Selatan (Korsel), Italia, dan Iran. Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona di Korsel kini mencapai 4.212 kasus, dengan 17 orang meninggal dunia, di Italia ada 1.694 kasus dengan 34 orang meninggal dunia, dan Iran 978 kasus dengan 54 orang meninggal dunia.
Jumlah korban meninggal di Iran kini menjadi yang terbanyak kedua setelah China yang merupakan pusat wabah virus corona.
Secara global, virus corona sudah memakan korban jiwa lebih dari 3.000 orang, dan menjangkiti lebih dari 89.000 orang.
Selain virus corona itu sendiri, yang ditakutkan oleh pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi global akibat wabah tersebut, sehingga memicu aksi jual di bursa saham global, termasuk di Indonesia sepanjang pekan lalu.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020) menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya yang terdampak virus corona dan juga punya hubungan dagang yang besar dengan Indonesia, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ada Corona Varian Lokal Indonesia, Awas IHSG Jeblok Lagi!
Presiden Joko Widodo mengungkap, dua orang yang positif corona tersebut merupakan ibu dan anak, masing-masing berusia 64 tahun dan 31 tahun.
"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," kata Jokowi tanpa menjelaskan lebih detil, Senin (2/3/2020).
Nilai transaksi di perdagangan sesi I sebesar Rp 2,2 triliun, dengan investor asing melakukan jual bersih Rp 40,21 miliar.
Dari 9 sektor di IHSG, 4 sektor membukukan penguatan di sesi I. Sektor aneka industri memimpin penguatan sebesar 1,79%, disusul manufaktur, infrastruktur, dan industri dasar yang menguat 0,19%, 0,14% dan 0,12%.
Sementara itu 5 sektor lainnya masuk ke zona merah, dengan sektor finansial memimpin penurunan sebesar 2,44%.
Masuknya wabah virus corona ke RI tentunya memberikan pukulan telak bagi pasar fiansial dalam negeri. Sepanjang pelan lalu, IHSG mengalami aksi jual akibat penyebaran virus corona yang cepat di luar China.
Lonjakan kasus virus corona terjadi di Korea Selatan (Korsel), Italia, dan Iran. Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona di Korsel kini mencapai 4.212 kasus, dengan 17 orang meninggal dunia, di Italia ada 1.694 kasus dengan 34 orang meninggal dunia, dan Iran 978 kasus dengan 54 orang meninggal dunia.
Jumlah korban meninggal di Iran kini menjadi yang terbanyak kedua setelah China yang merupakan pusat wabah virus corona.
Secara global, virus corona sudah memakan korban jiwa lebih dari 3.000 orang, dan menjangkiti lebih dari 89.000 orang.
Selain virus corona itu sendiri, yang ditakutkan oleh pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi global akibat wabah tersebut, sehingga memicu aksi jual di bursa saham global, termasuk di Indonesia sepanjang pekan lalu.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020) menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya yang terdampak virus corona dan juga punya hubungan dagang yang besar dengan Indonesia, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ada Corona Varian Lokal Indonesia, Awas IHSG Jeblok Lagi!
Most Popular