Harga Batu Bara Berpotensi Tertekan, Ternyata Ini Pemicunya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 March 2020 11:03
Harga batu bara bisa makin tertekan karena aktivitas manufaktur di China masih belum pulih
Foto: Batu Bara (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup melemah pada penutupan perdagangan pekan lalu (28/2/2020). Aktivitas manufaktur China yang tertekan hebat akibat wabah virus corona menjadi sentimen negatif untuk perdagangan komoditas batu bara kontrak hari ini.

Jumat (28/2/2020), harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup di US$ 66,4 /ton atau melemah 0,75% dibanding posisi penutupan hari sebelumnya. Harga batu bara masih dibayangi oleh sentimen merebaknya virus corona.

Virus corona yang kini bernama COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan akhir tahun lalu dan kini masih menjangkiti China. Lonjakan kasus terjadi di China jelang libur panjang tahun baru imlek. Akibatnya libur yang sudah panjang sempat diperpanjang dan mengganggu aktivitas perekonomian terutama untuk sektor manufaktur.


Dampak virus corona pada sektor manufaktur Tiongkok tak bisa dianggap remeh. Pada Sabtu (29/2/2020) biro statistik nasional China mengumumkan angka PMI manufaktur Tiongkok pada Februari berada di 35,7 lebih rendah dari bulan sebelumnya di angka 50 dan jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di angka 46.

Sementara itu angka PMI manufaktur China untuk bulan lalu versi Caixin juga menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan. Angka PMI manufaktur versi Caixin untuk bulan Februari secara aktual perada di 40,3 sementara konsensus memperkirakan berada di angka 45,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Walau aktivitas produksi China sudah berangsur pulih, tetapi sampai saat ini aktivitas operasinya masih berada di bawah kapasitas normal. Reuters melaporkan, pabrik-pabrik di China tengah mengalami kesulitan untuk menemukan pekerja pasca libur tahun baru imlek karena wabah corona. Hal ini turut memperlambat pemulihan sektor manufaktur negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.


Reuters melaporkan persediaan baja di China sebagai produsen sekaligus penjual produk baja terbesar di dunia mengalami kenaikan. Stok baja untuk konstruksi, pembuatan mobil dan piranti rumah tangga di China naik sejak akhir Januari setelah lonjakan kasus infeksi virus corona dilaporkan di China yang melumpuhkan sektor transportasi dan menurunkan permintaan di sektor hilir.

Peningkatan stok baja China, diakui oleh Katsurhiro Myamoto selaku Executive Vice President Nippon Steel dalam sebuah wawancara bersama Reuters pekan lalu. Myamoto mengatakan stok baja di China naik 30% pada Februari dibanding periode yang sama tahun lalu. Ia juga menambahkan stok baja di pabrik patungan antara Jepang dan China mengalami kenaikan yang signifikan.

"Kita mungkin akan melihat dampak yang lebih luas jika aktivitas industri di China tidak berangsur pulih dengan cepat" tambah Myamoto, mengingat permintaan baja untuk industri automotif, industri permesinan dan perkapalan sudah terdampak akibat pelemahan ekonomi global tahun lalu.

Kabar ini bukanlah sentimen yang baik untuk harga batu bara mengingat batu bara menjadi bahan baku untuk pembuatan baja maupun sektor tenaga listrik. Bagaimanapun juga harga batu bara masih terkena ancaman akibat terjadinya wabah virus corona ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(twg/tas) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular