
IHSG Drop 4%, Saham Grup Astra Berguguran
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
28 February 2020 12:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual di bursa saham domestik pada perdagangan Jumat (28/2) membuat saham-saham dari Grup Astra ikut tertekan. Hingga sesi I perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 4,04% ke level 5.311,96.
Saham dari Grup Astra yang tekoreksi paling dalam yaitu, saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST) turun 7,06%. ACST merupakan anak usaha dari PT United Tractors Tbk (UNTR).
Lalu saham PT Astra International Tbk (ASII) drop 6,72% ke level 5.550/unit, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 6,38%, UNTR turun 5,12%, saham PT Astra Otoparts Tbk merosot 3,77% dan PT Astra Graphia Tbk (ASGR) turun 0,54%.
Induk Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) kemarin baru saja menyampaikan laporan keuangan dan berhasil meraih laba bersih Rp 21,71 triliun pada 2019, terbesar sepanjang sejarah perusahaan. Meskipun naik tipis 0,18% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 21,67 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi Grup Astra, laba bersih tersebut dicetak di tengah penurunan pendapatan menjadi Rp 237,17 triliun, atau turun 1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 239,21 triliun.
Manajemen mengungkapkan pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada 2019 menurun 1% menjadi Rp 237,2 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari divisi otomotif dan agribisnis. Penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan pendapatan dari divisi jasa keuangan serta infrastruktur dan logistik.
"Kinerja Grup selama tahun 2019 terimbas pelemahan konsumsi domestik dan rendahnya harga-harga komoditas, tetapi diuntungkan oleh peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas Grup yang baru diakuisisi," kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra, dalam siaran persnya, Kamis (27/2/2020).
"Prospek pada tahun 2020 masih menantang yang disebabkan ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar mobil serta harga-harga komoditas yang lemah. Meskipun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum dari setiap perbaikan kondisi ekonomi,"tegas Prijono.
Dengan catatan laba bersih ini, laba bersih per saham Astra menjadi Rp 536 dari sebelumnya Rp 535. Adapun ekuitas perusahaan naik 8% menjadi Rp 147,85 triliun dari sebelumnya Rp 136,95 triliun.
Laba bersih dari divisi otomotif Grup mengalami penurunan sebesar 1% menjadi Rp 8,4 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil dan meningkatnya biaya-biaya produksi, yang sebagian diimbangi oleh kenaikan volume penjualan sepeda motor.
Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup meningkat 22% menjadi Rp 5,9 triliun, terutama disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan perbaikan kredit bermasalah.
Sementara itu, laba bersih Grup dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat sebesar 1% menjadi Rp 6,7 triliun, terutama dari kontribusi usaha tambang emas baru, yang diimbangi oleh penurunan penjualan alat berat dan kerugian pada bisnis kontraktor.
Laba bersih dari divisi Agribisnis Grup turun 85% menjadi Rp168 miliar, sedangkan Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat laba bersih yang naik 49% menjadi Rp292 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari jalan- jalan tol yang telah beroperasi.
Di sisi lain, laba bersih dari divisi teknologi informasi Grup menurun 7% menjadi Rp193 miliar. Divisi properti Grup juga melaporkan penurunan laba bersih 48% menjadi sebesar Rp83 miliar, terutama disebabkan oleh berkurangnya pengakuan laba dari pengembangan proyek Anandamaya Residences yang telah selesai pada tahun 2018.
(hps/hps) Next Article Mau RUPST & Penjualan Mobil Drop, Saham Astra Melesat 3,4%
Saham dari Grup Astra yang tekoreksi paling dalam yaitu, saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST) turun 7,06%. ACST merupakan anak usaha dari PT United Tractors Tbk (UNTR).
Lalu saham PT Astra International Tbk (ASII) drop 6,72% ke level 5.550/unit, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 6,38%, UNTR turun 5,12%, saham PT Astra Otoparts Tbk merosot 3,77% dan PT Astra Graphia Tbk (ASGR) turun 0,54%.
Induk Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) kemarin baru saja menyampaikan laporan keuangan dan berhasil meraih laba bersih Rp 21,71 triliun pada 2019, terbesar sepanjang sejarah perusahaan. Meskipun naik tipis 0,18% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 21,67 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi Grup Astra, laba bersih tersebut dicetak di tengah penurunan pendapatan menjadi Rp 237,17 triliun, atau turun 1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 239,21 triliun.
Manajemen mengungkapkan pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada 2019 menurun 1% menjadi Rp 237,2 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari divisi otomotif dan agribisnis. Penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan pendapatan dari divisi jasa keuangan serta infrastruktur dan logistik.
"Kinerja Grup selama tahun 2019 terimbas pelemahan konsumsi domestik dan rendahnya harga-harga komoditas, tetapi diuntungkan oleh peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas Grup yang baru diakuisisi," kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra, dalam siaran persnya, Kamis (27/2/2020).
"Prospek pada tahun 2020 masih menantang yang disebabkan ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar mobil serta harga-harga komoditas yang lemah. Meskipun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum dari setiap perbaikan kondisi ekonomi,"tegas Prijono.
Dengan catatan laba bersih ini, laba bersih per saham Astra menjadi Rp 536 dari sebelumnya Rp 535. Adapun ekuitas perusahaan naik 8% menjadi Rp 147,85 triliun dari sebelumnya Rp 136,95 triliun.
Laba bersih dari divisi otomotif Grup mengalami penurunan sebesar 1% menjadi Rp 8,4 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil dan meningkatnya biaya-biaya produksi, yang sebagian diimbangi oleh kenaikan volume penjualan sepeda motor.
Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup meningkat 22% menjadi Rp 5,9 triliun, terutama disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan perbaikan kredit bermasalah.
Sementara itu, laba bersih Grup dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat sebesar 1% menjadi Rp 6,7 triliun, terutama dari kontribusi usaha tambang emas baru, yang diimbangi oleh penurunan penjualan alat berat dan kerugian pada bisnis kontraktor.
Laba bersih dari divisi Agribisnis Grup turun 85% menjadi Rp168 miliar, sedangkan Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat laba bersih yang naik 49% menjadi Rp292 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari jalan- jalan tol yang telah beroperasi.
Di sisi lain, laba bersih dari divisi teknologi informasi Grup menurun 7% menjadi Rp193 miliar. Divisi properti Grup juga melaporkan penurunan laba bersih 48% menjadi sebesar Rp83 miliar, terutama disebabkan oleh berkurangnya pengakuan laba dari pengembangan proyek Anandamaya Residences yang telah selesai pada tahun 2018.
(hps/hps) Next Article Mau RUPST & Penjualan Mobil Drop, Saham Astra Melesat 3,4%
Most Popular