Rupiah 'Dihabisi' Virus Corona, Anjlok 2% dalam 7 Hari

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2020 18:50
Rupiah 'Dihabisi' Virus Corona, Anjlok 2% dalam 7 Hari
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah membukukan pelemahan tujuh hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/2/2020). Akibatnya sejak awal tahun atau secara year-to-date, rupiah kini mencatat pelemahan. Menjadi ironi jika melihat performa rupiah di bulan Januari yang menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 13.880/US$, depresiasi tersebut semakin membengkak menjadi 0,29% ke Rp 13.910/US$, dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB. Selepas tengah hari performa rupiah semakin memburuk hingga melemah 0,5%.

Jelang penutupan perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,4% ke Rp 13.925/US$. Dalam tujuh hari beruntun, rupiah total mencatat pelemahan 2%, dan jika dilihat secara year-to-date kini melemah 0,32%.



Rupiah terus mengalami tekanan setelah wabah virus corona menyebar dengan pesat di luar China, khususnya di Korea Selatan.

Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.146 orang, dengan 10 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.


Kasus corona terbaru yang terjadi di Korea Selatan membuat pelaku pasar cemas, sebabnya dalam beberapa hari terakhir jumlah korban meningkat pesat. Kabar buruk bagi RI, Korea Selatan merupakan tujuan ekspor terbesar ke-tujuh, yang berkontribusi 3,78% dari total ekspor.

Ini berarti, sudah ada 4 negara tujuan ekspor utama yang mengalami kasus virus corona, dan semuanya terancam mengalami pelambatan ekonomi.



Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China pada Januari 2020 sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari Desember 2019. Seperti diketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.

Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga RI, dengan kontribusi sebesar 8,88% dari total ekspor, dan Singapura menjadi pasar terbesar kelima dan ketujuh dengan kontribusi 5,95%.

Selain itu, virus corona juga menghasilkan "produk turunan" yakni pelambatan ekonomi. Empat negara tujuan ekspor RI tersebut berisiko mengalami pelambatan ekonomi, bahkan ada ancaman resesi di Jepang dan Singapura.

[Gambas:Video CNBC]

Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.

"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).

Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.



Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.

Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. 

Itu baru China saja, negara-negara mitra dagang utama RI juga diprediksi mengalami pelambatan bahkan terancam mengalami resesi. Ekonomi RI tentunya semakin tertekan, akibatnya rupiah terus mengalami pelemahan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular