
AS Waspada Corona, Harga Emas Mulai 'Ngegas' Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2020 15:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Rabu (26/2/2020) setelah mengalami koreksi tajam pada perdagangan Selasa kemarin.
Pada pukul 15:36 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.645,73/troy ons, menguat 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Selasa kemarin, logam mulia ini terkoreksi 1,53% akibat aksi ambil untung (profit taking).
Pada hari Senin lalu, emas berhasil membukukan penguatan lima hari beruntun dengan total lebih dari 5%. Bahkan emas sempat mencapai level US$ 1.688/troy ons, atau yang tertinggi sejak 23 Januari 2013.
Kenaikan tajam dalam waktu singkat tersebut tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, sehingga terjadi aksi profit taking yang membuat harga emas terkoreksi.
Tetapi pada hari ini, emas "ngegas" naik kembali setelah Amerika Serikat menyatakan waspada terhadap wabah virus corona. Pemerintah AS memperingatkan warganya untuk mempersiapkan diri akan penyebaran wabah virus corona, yang sudah mengalami lonjakan di Korea Selatan, Iran, dan Italia.
"Kami meminta kepada warga AS bekerja sama dengan kami untuk bersiap menghadapi ekspektasi bahwa ini (wabah virus corona) bisa memburuk" kata Dr. Nancy Messonnier, pejabat tinggi di Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC), sebagaimana dilansir CNBC International.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.146 orang, dengan 10 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Korban meninggal di Italia juga sebanyak 10 orang, dengan 322 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 16 orang meninggal dan menjangkiti 95 orang. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, sementara Iran kelima.
Di AS sendiri dilaporkan ada 52 kasus positif virus corona. Di China yang merupakan pusat wabah coronan, jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 2.715 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Secara global virus corona telah menewaskan 2.762 orang, dan menjangkiti lebih dari 81.000 orang.
Selain itu, virus corona juga menghasilkan "produk turunan" yakni pelambatan ekonomi. Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%.
Akibatnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi memangkas suku bunga di tahun ini. Berdasarkan data piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,3% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 1,25-1,5% di bulan Juni. Naiknya probabilitas pemangkasan suku bunga di AS tersebut juga memberikan sentimen positif ke harga emas.
Pada pukul 15:36 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.645,73/troy ons, menguat 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Selasa kemarin, logam mulia ini terkoreksi 1,53% akibat aksi ambil untung (profit taking).
Pada hari Senin lalu, emas berhasil membukukan penguatan lima hari beruntun dengan total lebih dari 5%. Bahkan emas sempat mencapai level US$ 1.688/troy ons, atau yang tertinggi sejak 23 Januari 2013.
Tetapi pada hari ini, emas "ngegas" naik kembali setelah Amerika Serikat menyatakan waspada terhadap wabah virus corona. Pemerintah AS memperingatkan warganya untuk mempersiapkan diri akan penyebaran wabah virus corona, yang sudah mengalami lonjakan di Korea Selatan, Iran, dan Italia.
"Kami meminta kepada warga AS bekerja sama dengan kami untuk bersiap menghadapi ekspektasi bahwa ini (wabah virus corona) bisa memburuk" kata Dr. Nancy Messonnier, pejabat tinggi di Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit (CDC), sebagaimana dilansir CNBC International.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.146 orang, dengan 10 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Korban meninggal di Italia juga sebanyak 10 orang, dengan 322 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 16 orang meninggal dan menjangkiti 95 orang. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga, sementara Iran kelima.
Di AS sendiri dilaporkan ada 52 kasus positif virus corona. Di China yang merupakan pusat wabah coronan, jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 2.715 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Secara global virus corona telah menewaskan 2.762 orang, dan menjangkiti lebih dari 81.000 orang.
Selain itu, virus corona juga menghasilkan "produk turunan" yakni pelambatan ekonomi. Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.
"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.
Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%.
Akibatnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi memangkas suku bunga di tahun ini. Berdasarkan data piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,3% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 1,25-1,5% di bulan Juni. Naiknya probabilitas pemangkasan suku bunga di AS tersebut juga memberikan sentimen positif ke harga emas.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular