Wabah Corona Bawa Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi 7 Tahun

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 February 2020 09:49
Virus corona masih membuat harga emas melambung setelah kemarin terkoreksi karena aksi profit taking
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot kembali merangkak naik setelah kemarin ditutup melemah akibat aksi ambil untung oleh investor. Harga emas masih bergerak naik karena pasar masih melihat adanya risiko yang ditimbulkan oleh wabah virus corona terhadadap perekonomian.

Pada Rabu (26/2/2020), harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.640,78/troy ons atau naik 0,64% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Emas saat ini sedang bertengger di harga tertingginya dalam 7 tahun sejak 15 Februari 2013.


Virus corona yang menjadi ancaman bagi perekonomian global telah menyebabkan terjadinya tekanan jual di bursa saham global. Pada perdagangan awal pekan ini, The Sidney Morning Herald melaporkan terjadi aksi jual senilai US$ 1,5 triliun atau setara dengan Rp 21.000 triliun di bursa saham global.

Bursa saham masih terbenam di zona merah. Tiga indeks utama Wall Street sebagai kiblat pasar ekuitas dunia tadi pagi masih ditutup di zona merah dengan koreksi yang cukup signifikan. Indeks S&P 500 terpangkas 3,03%, indeks Dow Jones turun 3,15% sementara indeks Nasdaq Composite jatuh 2,77%.

Virus corona yang kini bernama COVID-19 ini saat ini sudah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di lebih dari 39 negara. Jumlah korban meninggal juga bertambah tiap harinya. Sampai dengan hari ini jumlah korban meninggal tercatat telah melampaui 2.700 orang.

Walau sempat dikabarkan bahwa jumlah kasus baru yang dilaporkan menurun, tetapi awal pekan ini dunia kembali digemparkan dengan lonjakan jumlah kasus infeksi virus ganas ini di luar China yakni di Korea Selatan, Italia dan Iran.


Pagi tadi otoritas kesehatan Korea Selatan melaporkan ada 169 kasus baru di negara KPOP itu. Jumlah kasus infeksi di Negeri Ginseng sudah mencapai 1.146, berdasarkan laporan CNBC Internasional.

Di Iran jumlah kasus bertambah lebih dari 30 kasus. Hingga pagi ini sudah ada 95 kasus orang yang teridentifikasi terserang virus ganas yang kini resmi bernama COVID-19 itu. Jumlah korban meninggal di Iran juga yang paling banyak dilaporkan untuk negara di luar China. Di Iran jumlah korban meninggal mencapai 15 orang.

Semakin meluasnya kasus infeksi virus corona membuat semua orang menjadi waspada. Pertumbuhan ekonomi global pun kembali diramal melemah. Bank investasi global memperkirakan merebaknya wabah pneumonia akibat virus ini berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,35 - 0,5 poin persentase pada semester I 2020.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) pada beberapa hari lalu saat pertemuan G20 sudah mewanti-wanti setiap negara untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk dari merebaknya wabah ini.

Sementara itu, kini para trader dan pelaku pasar sedang bertaruh bahwa berbagai bank sentral di dunia akan mulai melakukan pelonggaran pada kebijakan moneternya.

Beberapa bank sentral dunia seperti Federal Reserves AS, European Central Bank, Bank of England, begitu juga bank-bank sentral lain seperti Jepang, Australia New Zealand hingga Canada diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya.

Penyebaran virus yang sangat cepat dan potensi dampak ekonominya yang signifikan membuat aset-aset minim risiko kembali dilirik oleh investor. Alhasil harganya jadi terangkat.

Salah satu aset safe haven yang harganya terangkat adalah emas. Di sepanjang tahun 2019 kala dunia dihebohkan dengan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, harga emas naik 18%. Kini sejak awal tahun virus corona merebak, harga emas telah naik 8,1%.

[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular