Corona Tambah Ngeri, Rupiah Lanjut Melemah Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2020 08:12
Corona Tambah Ngeri, Rupiah Lanjut Melemah Lagi
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Jika rupiah terus melemah sampai penutupan perdagangan, maka depresiasi mata uang Ibu Pertiwi akan terjadi selama tujuh hari beruntun.

Pada Rabu (26/2/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.880 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan tipis 0,04%. Namun sejatinya rupiah sudah melemah selama enam hari beruntun dan dalam enam hari tersebut depresiasinya mencapai 1,61%. Kalau rupiah melemah lagi hari ini, maka bakal menjadi yang ketujuh secara beruntun.


Namun tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun melemah di hadapan dolar AS. Bahkan yen Jepang yang katanya berstatus safe haven pun tidak bisa lolos dari zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:03 WIB:

 


Pelaku pasar masih mencemaskan penyebaran (outbrake) virus corona. Meski di China dikabarkan laju pertumbuhan kasus baru menurun, tetapi yang menjadi kekhawatiran adalah kasus di luar Negeri Tirai Bambu yang semakin masif.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:23 WIB, kasus corona di seluruh dunia sudah melebihi 80.000, tepatnya 80.421. Sementara korban jiwa mencapai 2.708 orang.


Kasus baru di China memang masih terjadi, tetapi dalam laju pertumbuhan yang melambat. Kemarin, kasus corona baru di China (di luar Provinsi Hubei) hanya ada sembilan, terendah sejak 20 Januari.

Sekarang yang menjadi ketakutan justru penyebaran di luar China. Iran, Korea Selatan, dan Italia adalah tiga negara yang mengalami lonjakan kasus tertinggi. Salah satunya menjangkiti Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi.


Korban jiwa di luar China pun kian bertambah. Per kemarin, sudah ada 16 korban jiwa di Iran dan 11 di Italia.

Virus corona juga mulai masuk ke negara yang sebelumnya 'kebal'. Afganistan, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Oman sudah melaporkan kasus corona perdana di negaranya.

Gara-gara virus corona, aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Produksi pabrik, ekspor, impor, investasi, sampai pariwisata lesu. Siapa yang berani keluar rumah saat virus mematikan sedang mengintai?

Oleh karena itu, dampak virus corona bisa saja lebih parah ketimbang perang dagang. Ketika perang dagang, harga sebuah produk menjadi lebih mahal karena dikenakan bea masuk. Sementara serangan virus corona bisa membuat produk itu tidak ada, karena pekerja pabrik tidak bekerja. Hasilnya adalah kelangkaan.


"Jadi semua yang sudah kita capai selama ini terhapus begitu saja. Ini bukan situasi yang bisa membaik dengan cepat," tegas Bob Yawger, Direktur Futures di Mizuho yang berbasis di New York, seperti diwartakan Reuters.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular