
Rupiah Melemah Lagi, tapi Tak Seburuk Ringgit Malaysia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2020 16:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa (25/2/2020) meski tidak seburuk awal pekan kemarin.
Rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% ke Rp 13.870/US$ tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Pelemahan rupiah semakin besar hingga 0,22% ke Rp 13.890/US$, sebelum berhasil dipangkas hingga 0,04% ke Rp 13.870/US$ di akhir perdagangan.
Mata uang utama Asia bergerak variatif melawan dolar AS pada hari ini, ringgit Malaysia menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,31% hingga pukul 16:10 WIB. Sementara won Korea Selatan kini menjadi mata uang terbaik dengan penguatan 0,39%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Hingga hari ini, rupiah sudah melemah enam hari beruntun. Buruknya kinerja rupiah terjadi akibat meluasnya wabah virus corona atau Covid-19 di luar China.
Wabah virus corona yang mengganas di Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu penyebab buruknya kinerja rupiah sejak kemarin.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 893 orang, dengan 8 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Kasus corona terbaru yang terjadi di Korea Selatan membuat pelaku pasar cemas, sebabnya dalam beberapa hari terakhir jumlah korban meningkat pesat. Kabar buruk bagi RI, Korea Selatan merupakan tujuan ekspor terbesar ke-tujuh, yang berkontribusi 3,78% dari total ekspor.
Ini berarti, sudah ada 4 negara tujuan ekspor utama yang mengalami kasus virus corona, dan semuanya terancam mengalami pelambatan ekonomi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019. Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.
Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga RI, dengan kontribusi sebesar 8,88% dari total ekspor, dan Singapura menjadi pasar terbesar kelima dan ke-tujuh dengan kontribusi 5,95%.
Semua negara tersebut kini berisiko mengalami pelambatan ekonomi, bahkan Singapura dan Jepang terancam mengalami resesi.
Akibatnya risiko pelambatan ekonomi negara-negara tersebut, pasar ekspor RI berisiko tergerus, dan rupiah mendapat pukulan telak.
Sementara itu ringgit Malaysia tertekan akibat kisruh politik di Malaysia. Mahathir Mohamad resmi mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia, setelah surat pengunduran dirinya diterima oleh Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Senin (24/2/2020).
Namun, tak lama setelahnya, Raja menunjuk Mahathir untuk menjabat sebagai Perdana Menteri sementara, sebagaimana dilaporkan AFP. Mahathir akan menjabat sebagai PM Malaysia untuk sementara selama 10 hari ke depan sebelum pemerintahan baru terbentuk.
Peristiwa pengunduran diri Mahathir dilakukan setelah ketegangan dalam koalisi Pakatan Harapan meningkat selama berbulan-bulan terakhir. Itu juga terjadi pasca Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri era Mahathir sekaligus pendiri Partai Keadilan Rakyat (PKR), menyebut oposisinya mencoba membentuk koalisi baru.
Akibat kisruh tersebut kurs ringgit melemah sejak 6 November 2017.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% ke Rp 13.870/US$ tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Pelemahan rupiah semakin besar hingga 0,22% ke Rp 13.890/US$, sebelum berhasil dipangkas hingga 0,04% ke Rp 13.870/US$ di akhir perdagangan.
Mata uang utama Asia bergerak variatif melawan dolar AS pada hari ini, ringgit Malaysia menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,31% hingga pukul 16:10 WIB. Sementara won Korea Selatan kini menjadi mata uang terbaik dengan penguatan 0,39%.
Hingga hari ini, rupiah sudah melemah enam hari beruntun. Buruknya kinerja rupiah terjadi akibat meluasnya wabah virus corona atau Covid-19 di luar China.
Wabah virus corona yang mengganas di Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu penyebab buruknya kinerja rupiah sejak kemarin.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 893 orang, dengan 8 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Kasus corona terbaru yang terjadi di Korea Selatan membuat pelaku pasar cemas, sebabnya dalam beberapa hari terakhir jumlah korban meningkat pesat. Kabar buruk bagi RI, Korea Selatan merupakan tujuan ekspor terbesar ke-tujuh, yang berkontribusi 3,78% dari total ekspor.
Ini berarti, sudah ada 4 negara tujuan ekspor utama yang mengalami kasus virus corona, dan semuanya terancam mengalami pelambatan ekonomi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019. Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.
Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga RI, dengan kontribusi sebesar 8,88% dari total ekspor, dan Singapura menjadi pasar terbesar kelima dan ke-tujuh dengan kontribusi 5,95%.
Semua negara tersebut kini berisiko mengalami pelambatan ekonomi, bahkan Singapura dan Jepang terancam mengalami resesi.
Akibatnya risiko pelambatan ekonomi negara-negara tersebut, pasar ekspor RI berisiko tergerus, dan rupiah mendapat pukulan telak.
Sementara itu ringgit Malaysia tertekan akibat kisruh politik di Malaysia. Mahathir Mohamad resmi mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia, setelah surat pengunduran dirinya diterima oleh Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Senin (24/2/2020).
Namun, tak lama setelahnya, Raja menunjuk Mahathir untuk menjabat sebagai Perdana Menteri sementara, sebagaimana dilaporkan AFP. Mahathir akan menjabat sebagai PM Malaysia untuk sementara selama 10 hari ke depan sebelum pemerintahan baru terbentuk.
Peristiwa pengunduran diri Mahathir dilakukan setelah ketegangan dalam koalisi Pakatan Harapan meningkat selama berbulan-bulan terakhir. Itu juga terjadi pasca Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri era Mahathir sekaligus pendiri Partai Keadilan Rakyat (PKR), menyebut oposisinya mencoba membentuk koalisi baru.
Akibat kisruh tersebut kurs ringgit melemah sejak 6 November 2017.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular