
2 Hari Bikin Rupiah Keok, Dolar Singapura Trengginas Lagi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Seperti 'balas dendam', nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (25/2/2020) melanjutkan kenaikan 2 hari sebelumnya.
Pada pukul 13:35 WIB, SG$ 1 setara Rp 9.944,89, dolar Singapura menguat 0,42% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan mata uang Negeri Merlion ini sempat menyentuh level Rp 9.951,30/SG$. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, dolar Singapura menguat 0,64% dan 0,69%.
Penyebaran virus corona di Singapura yang melambat, serta semakin banyak yang pulih membuat dolar Singapura perlahan bangkit dari tekanan.
Pada Senin kemarin, Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MOH) menyatakan ada 1 kasus baru sehingga total kasus sebanyak 90 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 53 orang dinyatakan sembuh, dan 37 lainnya dalam kondisi stabil dan membaik.
Kecemasan akan penyebaran wabah virus corona di Singapura sedikit mereda, meski dampak ekonominya masih akan menghantui. Negeri Merlion bahkan terancam mengalami resesi, hal itu membuat dolar Singapura pada Kamis pekan lalu sempat jeblok ke Rp 9738,78/SG$, level terlemah sejak 21 Juli 2017.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, mengatakan Singapura harus "siap secara mental" menghadapi virus corona yang dampaknya akan lebih "luas, dalam, dan panjang" dari wabah SARS tahun 2003 lalu. Sebabnya, nilai perdagangan Singapura dan China saat ini sudah naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2003.
China adalah negara mitra dagang utama Singapura. Pada 2018, ekspor Singapura ke China mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor.
Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul. Tidak hanya perdagangan, sektor pariwisata juga sudah terpukul.
"Sektor pariwisata telah terkena dampak langsung dari penyebaran virus corona, akibat penurunan kedatangan wisatawan, khususnya dari China" kata Singapore Tourism Board (STB) sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Berdasarkan data STB sepanjang tahun 2019, ada sebanyak 3,6 juta wisatawan dari China yang berkunjung ke Singapura, angka tersebut merupakan 20% dari total wisatawan sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, total pendapatan Singapura dari sektor pariwisata mencapai SG$ 27,1 miliar di tahun 2018. Akibat wabah Covid-19, pendapatan dari sektor pariwisata bisa menguap.
Kementerian Perdagangan Singapura akhirnya memangkas prediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Persentase tersebut diturunkan dari sebelumnya di kisaran 0,5%-2,5%.
Tidak hanya penurunan proyeksi PDB, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bahkan mengatakan kemungkinan terjadinya resesi.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu adalah kemungkinan, tetapi yang pasti perekonomian akan terpukul" katanya sebagaimana diwartakan The Strait Times.
Untuk meminimalisir dampak virus corona ke perekonomian, pemerintah Singapura berencana menggelontorkan stimulus moneter, senilai SG$ 6,4 miliar, dengan menaikkan defisit anggaran menjadi 2,1% dari produk domestik bruto (PDB) di tahun fiskal 2020. Defisit anggaran tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 1997.
Dari total nilai tersebut, sebanyak SG$ 800 juta akan digunakan untuk mengatasi penyebaran virus corona, dan SG$ 5,6 miliar akan digelontorkan ke perekonomian untuk membantu dunia usaha dan sektor konsumen.
Upaya dari pemerintah Singapura disambut positif pelaku pasar, dan kurs dolar Singapura perlahan bangkit lagi menjauhi level terlemah sejak pertengahan Juli 2017.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$